Pindah kantor selalu terasa seperti baru pertama kali bekerja.
Paling nggak itu yang gue rasakan. Gue harus memahami struktur
kantornya. Kebiasaan cara kerja pegawai di sana. Mengenal lingkungan dan
mencari tahu karakter orang-orangnya. Supaya pas ngobrol kita bisa nyambung dan
gue nggak dicap aneh. Alasan terakhir ini yang membuat gue selalu takut untuk
mengeluarkan versi “benaran” dari diri gue.
“Kresnoadi ya?”
Gue mengangguk dan bersiap berdiri, tapi perempuan ini memberikan kode
dengan tangannya. Menyuruh gue kembali duduk dan meninggalkan gue sendirian.
Beginilah kondisi kantor yang orang-orang sebut sebagai start up.
Entah bagaimana ceritanya tahun ini kata ‘start up’ begitu populer. Sebuah
istilah untuk perusahaan yang baru dirintis. Identik dengan anak muda, gairah,
dan kreativitas.
Lihat tempat ini. Di belakang gue ada pohon palsu yang daunnya
ditempel kertas dan lampu led. Di sebelahnya terdapat undakan yang digunakan
sebagai tempat duduk. Entah untuk bekerja atau nongkrong. Gue duduk di bean bag
hijau yang terlalu sedikit stereofoamnya. Membuat pantat gue longsor ke dalam. Berasa kayak duduk di wc jongkok.
Inget, ini hari pertama gue kerja di sini. Stay cool, Adi.
“Mbak,” kata gue, memanggil resepsionis yang berdiri di belakang
meja bernuansa kayu. Nama perusahaan terpampang besar di bagian depannya. Rsepsionisnya
terlihat jauh lebih muda dari gue.
“Iya, Mas?”
“Sabun di mana ya?” tanya gue. “MAO CEBOOK!!”
“Gimana, Mas?”
Gue akhirnya menggeleng. Mengatakan nggak jadi. Tentu bagian gue
nanya sabun cuma ada di khayalan gue aja. Gue belum mau dicap freak. Gimana
coba kalo mbaknya bales, “Oh, sabun? Ada di Pamulang, Mas. Rumah mas sendiri. Silakan
pulang dan jangan gantungin celana dalem mas di mesin absen saya!”
Satu per satu karyawan mulai berdatangan. Anehnya, setiap kali
orang-orang ini masuk dan menekan jarinya di mesin absen, gue gugup. Tampilan
mereka gaul dan trendi abis. Ada yang pakai kemeja putih, berkacamata, dan
celana bahan di atas mata kaki. Sementara yang cewek menggunakan baju yang gue nggak tahu
namanya. Sebuah pakaian yang menimbulkan kesan profesional, tapi tetap asik dan
nggak terlihat tua.
Gue sampai bingung sendiri. Ini kantor apa Street Gallery di Pondok
Indah Mal sih?
Sementara gue, nyemplung di bean bag hijau ini dengan hodie, celana
jeans, dan sepatu hitam. Lebih kayak mas-mas yang mau nyulik anak di Mothercare Pondok
Indah Mal.
Lalu cowok ini masuk. Rambutnya kinclong karena pomade. Satu hal
yang gue tahu pasti, orang yang menggunakan pomade pasti ke kantornya nggak
naik motor kayak gue. Gimana coba rasanya pake pomade, lalu harus make helm di
kepalanya? Yang tadinya potongan rambutnya undercut, sampai kantor jadi
undertaker. Jatuh lemas dan lepek.
Pasti posisinya tinggi nih, pikir gue.
Kelak gue tahu namanya Ade dan kalimat yang paling sering keluar
dari mulutnya adalah, “Astaghfirullah, Adi. Jangan lakukan itu.” Sungguh
kalimat yang ambigu kalau didengar orang lain.
Lalu cewek ini masuk. Berbeda dengan si cowok pomade yang langsung
absen, begitu sampai kantor dia disambut oleh resepsionis. Beberapa karyawan
yang duduk di undakan juga menjerit kaget. Mereka berpelukan, seperti sahabat
lama yang bertemu kembali.
Gue? Masih nyemplung di bean bag.
Kelak gue tahu nama cewek ini Dewi.
Dan gue punya cerita tentang dia.
--
Okeh senpai. walo tidak tahu banyak mengenai genre buku, sepertinya ini mausk itungan komedi romance (mungkin), untuk intro cerita, ini sudah sangat....
ReplyDelete(komentar bakal kesambung saat udha tahu pojeknya secara lengkap)
*atau mungkin nggak
Wooy kenapa jadi sepotong juga. 😂
DeleteNah kan ngegantung gini ending nya,
ReplyDeletekan ingin tau kelanjutan mbak dewi jadinya :3
Kenapa gue baca komen ini langsung berasa lo mesum ya...
DeleteAnjir balesannya
DeleteNah, gue suka nih kalau ceritanya kayak gi
ReplyDeleteILANG WOY KOMENNYA WOOY KEPOTONG.
DeleteAzab bagi penulis yang bikin ending tulisan ngegantung, komennya juga ngegantung.
DeleteIya setuju ini pembukanya membuat kita ingin me
Delete...nyawer?
DeleteKata-kata Ade sungguh ambigu sekali.
ReplyDeleteHmm... Kira-kira cerita apa ya?
Eh monyong. 😂
DeleteKalau temen2 cowokku yang motoran tapi pake pomade, jadi dipakenya pas mereka sampe kantor Di. Mereka ke toilet dulu pake parfum dan pomade. Dan ini berlaku kalau kita maen juga. Demikian sekilas info pomade cabang Bandung.
ReplyDeleteWah, ternyata kehidupan di Bandung 5 tahun lebih maju daripada di Pamulang.
DeleteKayaknya sambungan cerita ini bakalan lanjut ke bagian mba Dewi kena PHK deh.
ReplyDelete😂😂😂😂😂😂😂
DeleteMbak Dewi sama Ade ada affair ya? Pokoknya harus cerita syurrrr
ReplyDeleteANDA PIKIR INI CERITA STENSILAN YHA?
DeleteIya, sih. Terlalu dini kalau hari pertama sudah buka topeng. Tapi kadang kalau ketemu sama yang sefrekuensi, suka susah buat nahan-nahan. :D
ReplyDeleteKayaknya bakal banyak postingan soal Dewi, nih. Numpang duduk sambil makan popcorn ya, Mas Adi. :D
Wah, silakan2 mas. *arahin ke kursi a1 a2
DeleteWah ada rahasia nih.. Apaan hayooo...
ReplyDeleteHayo apa hayo?
DeleteAku yakin kalau cerita tentang Dewi adalah kejadia dia tanya di mana letak sabun. Tebakanku pokoknya gak boleh salah.
ReplyDeleteTolong kalo mau nulis komentar di blog sebelumnya jangan ngelem dulu...
DeleteEndingnya bikin penasaran. Ditunggu nih kelanjutannya.:)
ReplyDeleteWah, ceritanya sangat bikin kecanduan kayak indomi. Tolong dilanjutkan, kalau tidak...
ReplyDeleteSemoga projek barunya lancar yap. Ditunggu selalu karya-karyanya.
ReplyDeleteSaya mulai suka nih sama karakter Ade, gaya bahasanya ga ke tebak.
BELOOOOMM?!!!?!?!
Delete