Begitu pulang kantor hari selasa kemarin, nyokap langsung
masuk ke kamar. Masih mengenakan pakaian kerja dan nenteng tas, dia ngebuka
pintu dan bilang, ‘Kamu salah tuh?!’
Nyokap dateng-dateng langsung ngasih tahu kesalahan gue, ini
semacam malaikat pencatat amal buruk.
Ternyata, nyokap baru aja baca postingan tentang kematian
Kumel (Ya, ini tambah meyakinkan gue untuk segera ganti nama blog), dan meminta
gue untuk segera melakukan klarifikasi. Selain nyokap, sebetulnya banyak juga
temen-temen yang salah mengira tentang prosesi pemakaman jenazah Kumel.
Salah satunya komentar ini:
Turut berduka atas kematian Kumel. :')
Eh, itu kalo dimasukin kardus berarti nggak dikubur, Di? Bukannya hewan juga tetep dikubur, ya? Hm. Gatau juga deh. Hehehe.
Regards,
Yoggaas Akbar
Eh, itu kalo dimasukin kardus berarti nggak dikubur, Di? Bukannya hewan juga tetep dikubur, ya? Hm. Gatau juga deh. Hehehe.
Regards,
Yoggaas Akbar
dan ini:
Hais... gue turut berduka atas kepergian
mendiang Kumel, Di. Tapi gue gak habis pikir sama cara pemakamannya si Kumel
yang diberi ke petugas kebersihan kompleks, sih. Lebih baik dikubur supaya dia
tenang :')
Gue juga pernah mengalami hal yang sama. Hanya saja bedanya kucing gue kabur dari rumah karena cemburu sama kucing baru, yang dipungut oleh adik gue dari tempat sampah. Sesekali gue masih nyebut nama kucing gue itu, Tendo :')
Regards,
Reza Andrian
Gue juga pernah mengalami hal yang sama. Hanya saja bedanya kucing gue kabur dari rumah karena cemburu sama kucing baru, yang dipungut oleh adik gue dari tempat sampah. Sesekali gue masih nyebut nama kucing gue itu, Tendo :')
Regards,
Reza Andrian
Jawab:
Jadi, biar gue klarifikasi sedikit. Penyerahan jenazah Kumel
kepada Bang Arman sang tukang sampah kompleks itu bermaksud supaya dia yang nguburin.
Karena, well, GUE GATAU CARA NGUBUR MAKE GOLOK!! Maka dengan ini gue tegaskan
bahwasannya Kumel tidak dibuang ke bak sampah dan didaur ulang menjadi kantung plastik.
Tambahan dari Nyokap: ‘Orang Bang Arman udah dikasih seratus
ribu?!’
Mari kita doakan semoga Bang Arman menjalankan amanahnya
dengan baik. Karena ngebuang hewan peliharaan ke bak sampah merupakan perbuatan
yang keji. Jadi, jangan lakukan hal ini jika hewan peliharaan kamu mati.
![]() |
Auratku.. |
Anyway, kemarin ada juga yang nanya soal penyebab kematian
Kumel. BAHKAN ADA YANG NUDUH GUE LUPA NGASIH MAKAN?!!
SELAMAT JALAN, KUMEL
INI POSTINGAN APAAAAAAAA? Sedih sih. Tapi banyakan ngakaknya. Apalagi yang bagian golok itu. Hahahahahahahahhaha. Btw penyebab kematiannya Kumel apa? Udah diotopsi? :( *ini apa dah*
Turut berduka cita deh, Di. Semoga si Kumel mendapat betina-betina semok dan bidadari-bidadari kucing di surga sana yaaaa :')
Regards,
Icha Hairunnisa
INI POSTINGAN APAAAAAAAA? Sedih sih. Tapi banyakan ngakaknya. Apalagi yang bagian golok itu. Hahahahahahahahhaha. Btw penyebab kematiannya Kumel apa? Udah diotopsi? :( *ini apa dah*
Turut berduka cita deh, Di. Semoga si Kumel mendapat betina-betina semok dan bidadari-bidadari kucing di surga sana yaaaa :')
Regards,
Icha Hairunnisa
Dan ini:
Ya Allah kenapa secepat ini, Kumel? Semoga Alm.
Kumel diterima di sisi-Nya ya, Di. Semoga arwahnya nggak gentayangan dan
berusaha menghantui lo, minta pertanggung jawaban karena lupa ngasih makan,
makanya mati -_-
Regards,
Rizqi Alam
Regards,
Rizqi Alam
Jawab:
Perihal kematian Kumel sendiri, sampai sekarang juga masih
menjadi misteri. Gue yang sekarang masih sering dirundung duka, tidak mampu
berpikir jernih. Sampai saat ini, hati gue masih merasakan kepedihan yang
mendalam. Setiap abis makan ayam goreng, gue refleks keluar garasi sambil
manggil, ‘Kumel! Kumel! Makanan favoritmu telah tiba!’
Tapi tidak ada ngeong khasnya yang membalas..
Gue pun bersujud di garasi. Lalu naik ke atap mobil, tempat
Kumel biasa bersandar dan memikirkan arti kehidupan yang fana ini. Saking
sedihnya, gue berniat mengadakan pesta untuk melupakan mendiang Kumel. Bagi
temen-temen kucing kompleks yang baca ini, silakan datang ke rumah gue. Kita
makan ayam tulang lunak sama-sama! Hiks! Hiks! Hiks!
Sebenarnya, Abang gue sempat membuat hipotesa tentang
kematian Kumel sesaat sebelum diserahkan ke Bang Arman. Abang gue, sambil
menunjuk perut Kumel yang membuncit, menjerit, ‘Dia kembung!’ Semula gue tidak
punya prasangka apa-apa tentang kalimat itu. Sampai kemudian Nyokap masuk ke
kamar dan bilang, ‘Kok minuman Kumel abis ya? Dia pasti haus.’
Gue tidak tahu keterkaitan antara kata-kata Abang gue dan
Nyokap tersebut. Tapi satu hal yang gue yakini dengan pasti, ‘Kasian kamu, Mel.
Di surga pasti masuk angin..’