Jadi begini. Semua
ini dimulai sewaktu perjalanan pulang kantor kemarin. Setiap kali pulang, gue
biasanya selalu memasang earphone untuk mendengarkan radio. Jam pulang kantor
adalah waktunya penyiar favorit. Di salah satu sesi acara radio malam itu,
penyiar membuat tema tentang penyesalan dan kebodohan. Tepatnya, hal-hal bodoh
yang pernah kita lakukan kepada orang yang kita sayang. Hal bodoh, yang,
membuat kita menyesal sampai sekarang.
Pikiran gue mendadak tersambar
petir.
Jalanan di depan
sedang macet. Barisan mobil antri dengan rapi, sementara motor-motor menumpuk
di sela-selanya.
Terus terang, gue
suka dengan kemacetan. Terlepas dari bikin kepala kita migren mendadak,
kemacetan, sama halnya dengan gunung, selalu menampilkan sifat asli manusia. Di
zaman sekarang, kita tidak perlu lagi ke gunung untuk mengetahui kepribadian
asli seseorang. Cukup bawa saja si gebetan ke Sudirman di jam pulang kantor.
Macet-macetan sampai gila. Di tengah kemacetan, kita bisa melihat, siapa yang
tertib, dan siapa yang menghalalkan apa saja untuk sampai duluan. Lebih jauh
lagi, kemacetan, membuat kita jadi lebih sering ngobrol dengan gebetan.
Salah seorang penyiar
mengutarakan tentang penyesalannya. Ia mengaku pernah dekat dengan seorang
perempuan dari SD, SMP, SMA. Lalu, karena terlalu sering jadian dengan si cewek
ini, ia meminta supaya si cewek jadian dengan cowok lain. Sampai, pada akhirnya,
ketika si cowok merasa kehilangan, si cewek ini mengabarkan kalau dia mau nikah
dengan cowok lain.
Penyesalan seringkali
datang dari hal-hal sepele.
Dari banyak
penyesalan yang diceritakan oleh penyiar, kebanyakan dari mereka, menyesal
hanya karena satu hal kecil. Gara-gara tidak membantu gebetan sewaktu ban mobilnya
bocor. Bercandaan yang terlalu kasar. Atau, di dalam kasus gue, penyesalan
terjadi karena kecemenan yang gue lakukan sendiri.
Penyesalan paling
dalam gue terjadi sewaktu SMA.
Gue, terus terang,
mengetahui si cewek ini dari teman-teman yang lain. Si cewek basket yang
terlalu sporti, yang sering membawa handuk kecil di pundaknya. Dengan kacamata
tebal, dan menyukai lagu-lagu yang gue sama sekali gak ngerti. Tipikal cewek populer
di sekolah gue.
Sejak kelas satu, gue
tidak terlalu memperhatikan si cewek ini. Sampai, di kelas tiga, kami masuk di
kelas yang sama. Gue mulai penasaran sama si cewek ini.
Lalu kami PDKT dan
jadian.
Anehnya, di masa itu,
gue sama sekali tidak berani memperlihatkan perasaan gue di depan dia. Rasanya
seperti seorang fans yang mati beku di depan idolanya. Di sekolah, kami seperti
tidak saling kenal. Di chat, kami seperti dua orang sinting yang bisa membahas
apa saja tanpa berhenti.
Lalu ini dia
masalahnya: dia tidak mau terus-terusan begini. Gue, sejujurnya, paham dengan
kemauan dia waktu itu. Namun, kecemenan gue yang membuat kami begitu jauh. Lucu
rasanya kalau dipikir-pikir lagi. Bagaimana sepasang kekasih malah jauh-jauhan
padahal kami satu kelas. Ketidakberanian gue untuk pacaran membuat gue hanya
memperhatikannya dari jauh. Mengintip dia dari bangku belakang. Melihatnya
membeli fanta susu di kantin paling ujung. Mengamatinya setiap kali dia
bertanding basket.
Gue masih ingat
pertama kali dia memaksa gue untuk berkenalan dengan nyokapnya. Kalau boleh
memilih, gue lebih memilih untuk nyekek diri pake dasi SMA dibanding kenalan
saking takutnya. Gue masih ingat tentang dia yang bilang ‘Aku males pulang deh’
tiap kali pengin ngajak main. Gue masih ingat pegangan tangan pertama kami.
Terus terang, kalau
dipikir-pikir lagi, gue emang bego banget. Pacar pertama gue, orang yang gue
sayang waktu itu, malah gue sia-siakan begitu saja.
Penyesalan gue adalah
ketidakberanian gue.
Sekarang, gue udah
sama Deva. Seseorang yang sekarang lagi benar-benar mengisi hati gue. Mungkin,
dia berbeda dengan si cewek basket itu. Dia bukan pemain basket. Minuman
favoritnya bukan fanta susu. Sekarang, jarak kami benar-benar jauh. Tetapi, gue
beruntung bisa mendapatkan orang seperti dia. Dan untuk kali ini, bersama dia,
gue tidak pernah mau
menyesal.
--
Ternyata masih ada
lho yang ikutan main tantangan tiga rasa. Tulisan dari Fauzi nih. Untuk yang
mau ikutan bisa lihat postingan ini. Nanti kalau udah bikin, tinggal kabarin
gue dan postingan kalian akan gue pajang di blog ini.
Kalau ada yang mau
cerita soal penyesalannya, silakan komen di bawah ya. :)
penyesalan pasti belakang mas
ReplyDeleteApakah anda menyesal menjadi admin di akun Pengobatan Kanker Ovarium?
DeleteHAHAAAA.
DeleteRIMA. :D
wkwkwkwkw. Kacau lu, Rim.
DeletePenyesalan pasti ada kalo kita sudah berbuat salah, selanjutnya harus ada introspeksi diri agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi :)
ReplyDeletecieee ciee adi... kata2 terakihr lo so sweet bener dah bikin envy. tenang di, walaupun lu berdua jauhan gue siap mematamatai si deva *kemudian dicolok deva dimata
ReplyDeleteSaya juga nyesel saat.... Ah, sudahlah.
ReplyDeleteYeaaa, gaya pacarannya kayak gue lu bang. Di dunia nyata jarang negur, di chat malah gila banget.
ReplyDeleteMenyesal karena keseringan menunda-nuda sesuatu, dan waktu yang diulur-ulur itu malah untuk hal tak berguna. Halah.
ReplyDeleteGue nggak percaya lu secemen itu.
ReplyDeleteSeorang senpai Adi yang katanya macho, ternyata. Ah, sudahlah.
Btw, sekarang apa kabar mantan abas (anak basket) lu itu?
Penyesalan gue, gue kenal sama blog ini.
Menyita waktu gue dengan membaca tulisan di sini.
Kalo gua, deket banget sama seorang cewek yang gua rasa dia juga suka sama gua... tapi saking cemennya, gua gak berani nembak dia dengan alasan kalo sampe ditolak kita bakal jadi canggung satu sama lain. Well, sekarang dia punya pacar baru dan gua nyesel kenapa dulu gak coba aja nembak dia.. -__-
ReplyDeleteOoouww
DeletePenyesalan karena nggak belajar lebih dulu, dan lebih serius lagi untuk sebuah Universitas dan jurusan yang diimpikan saat itu. HUAHA.
ReplyDeletegue juga menyesal karena dulu ... *lupakan
ReplyDeletebahahaha... klasik. sama percis kayak gue waktu kelas 2 smp. percis.... percis... cis...
ReplyDeletedi chat panjang lebar cerita... di depan, gak berani ngomong. mati kutu. gak berani. ending2 ny putus
Penyesalan?? SMA? Duhh kalo diingat jadi sedih sendiri. Lebih kepada bersyukur aja sekarang. Mau nulis tentang penyesalan juga ah di blog. Boleh ya, Di?? :D
ReplyDeletehahaaa
ReplyDeleteTernyata bang Adi dulu lemaaaah.
Kenalan dengan nyokap pacar aja gak berani.
Lemaaaahhhh..
Never like this one.
ReplyDeletemau pacaran tapi gak mau kenalan sama nyokapnya
ReplyDeleteKeknya elunya lebih nyaman via chat ketimbang ngobrol langsung... "Ada temen akhirnya..." hahahaha
ReplyDeleteYa gue pernah nyesel kalo dia gak jadi jodohku suatu saat nanti... Iya, nanti...
penyesalanku adalah kenapa sampai sekarang aku gak bisa move on dari mantanku
ReplyDeletekalau bahas soal penyesalan suka inget*****
ReplyDeletePernah nyesel pas lagi mau mandi, nyalain air keran buat ngisi bak mandi. Trus gue tinggal main game eh pas balik keduluan adek gue :" Nyesel mah kaga ada enak enaknya
ReplyDeleteCerita lu pas sma knapa bisa sama kayak gue ya? Di chat nyambung abis, giliran ketemu kacau abis..
ReplyDeleteAih, ini post mendadak bikin galau. Hhhhh ....
ReplyDeleteAku menyesal.... kenapa pas suami ke kantor aku gak segera makan indomie kaldu 2 bungkus!!! (balada bumil ngidam indomie tapi gak dibolehin suami u.u)
ReplyDeleteAku nyesel baca tulisan ini :(
ReplyDeleteTerimakasih banyak gan, sangat bermanfaat sekali tutorialnya...salam sukses buat admin.
ReplyDelete