Ada yang tahu soal
teori relativitas waktu? Itu lho, teori yang diciptakan Einsten, yang bilang
bahwa sesungguhnya waktu itu bersifat relatif.
Tidak sama. Terkadang kita bisa merasa waktu berjalan cepat. Di kesempatan yang
lain, kita bisa merasa kayaknya waktu lambaaaat banget. Atau, kata Einstein
dalam relativitas khususnya, “Jika dua pengamat berada dalam kerangka acuan
lembam dan bergerak dengan kecepatan yang sama, mereka tidak dapat dipastikan
sedang bergerak atau diam.”
Buat gue, teori ini
bener banget. Di suatu waktu, ketika banyak melakukan pekerjaan, misalnya,
waktu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Namun, ketika tidak melakukan
apa-apa. Atau, sewaktu gue sedang menunggu sesuatu, waktu seakan berjalan lebih lama.
Namun, sepertinya teori itu tidak lengkap.
Einsten lupa bahwa selain waktu, jarak juga relatif.
Pernah gak sih kalian
pergi ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi, lalu ketika pulang terasa, “Kok
kayaknya lebih deket, ya?” Atau karena macet, jarak yang sebetulnya dekat bisa
saja terasa jauh.
Itulah yang gue sebut
sebagai relativitas jarak.
Bahwa jarak
sesungguhnya bisa terasa jauh atau dekat, karena dipengaruhi hal-hal lain. Jadi
buat gue, tidak ada yang perlu ditakuti dengan jarak. Jarak seringkali
disalahkan atas kandasnya sebuah hubungan. Padahal, buat gue, jarak tidak
mungkin salah. Orang-orang kebanyakan salah karena menganggap jarak sebagai
penghalang hubungan mereka. Karena sebenarnya, jaraknya tidak pernah berubah.
Sejak si dua orang ini jadian, sampai dia putus, jaraknya tetap sama.
Komunikasinya yang
berubah.
Komunikasi itu yang
membuat “rasa” di dalam hubungan tidak sama lagi.
Lalu sebuah
pertanyaan muncul: bagaimana dengan orang-orang dekat yang saling sibuk? Si
suami dan si istri sama-sama artis. Mereka tinggal satu rumah, tidur satu
ranjang, tetapi setiap si suami berangkat kerja, si istri belum pulang. Giliran
si suami pulang, si istri baru berangkat kerja. Bagaimana dengan nasib mereka? Siapa
yang harus disalahkan ketika hubungan mereka berakhir?
Lalu, kenapa masih harus
takut dengan jarak kalau cerita kawin-cerai lebih banyak didengar dari
orang-orang seperti ini, ketimbang pilot yang biasa pulang setahun sekali.
Lalu, kenapa harus
takut kalau nelayan, atau nahkoda, yang berlayar jauh menyeberang dari pulau ke
pulau, sekarat menahan mabuk laut hanya agar ia bisa pulang. Supaya dia dapat bertemu
kembali dengan orang yang dia tunggu—dan seseorang yang menunggunya, yang
jelas-jelas jaraknya lebih jauh dari orang-orang lain yang ia temui sepanjang
perjalanan?
Lalu, kenapa harus
takut kalau masih ada doa yang dikirmkan. Masih ada surat-surat yang dititipkan. Masih ada kepercayaan yang diserahkan. Masih ada ilmuwan yang terus
bekerja siang dan malam, yang berusaha mendekatkan orang-orang dengan teknologi.
Lalu, kenapa harus
takut kalau di dunia ini masih ada astronot. Masih ada para petualang. Masih
ada para perantau. Masih ada orang-orang lain yang memutuskan sekadar “pergi
untuk kembali”.
Kenapa?
karena masih besarnya rasa ketakutan dan kekhawatiran 'pihak ketiga'. karena kalo membicarakan perihal relatif, perasaan dan keyakinan juga relatif berubah, terutama saat tak bisa merasakan sentuhannya secara langsung. Hingga akhirnya waktulah yang akan mengubah semua. tentang rasa, maupun tentang rahasia. *ini aku ngomong apa*
ReplyDelete:))
DeleteIya sih gue setuju sama yang di atas gue. Insecure yang biasanya jadi alasan pokok sih. #GagalSetia :(
ReplyDeleteCiye punya pacar.
Delete:))
DeleteEntahlah. Aku nggak ada perasaan takut sama sekali mengenai jarak. Nggak tau harus komentar apa. Speechless.
ReplyDeleteKomunikasi, dan tentang orang-orang yang cerai. Aku setuju. Jarak memang bukan penghalang. Sama sekali bukan. Itu hanya tentang pribadi setiap orang yang mampu untuk setia atau tidak. Mampu menjaga hati dan komunikasinya dengan baik atau tidak. Kalau memang bilang, "Tidak mampu", jangan pernah berharap untuk mendapatkan setia dari seseorang. Karena dia sama sekali tidak pantas untuk itu.
Hahaha. Komentar apa aku barusan? Ngaco abis. -_-
:))
DeleteBeda cerita kalo udah merried
ReplyDelete:))
DeleteSejauh ini, gue nggak takut sama jarak sih. Yah, rindu-rindu banget gitu sih. Beda ya sama takut :'
ReplyDelete:))
DeleteInsecure, hahaha salah satu oenyebab kandasnya hubungan seseorang. Kurangnya komunikasi juga salah satunya....
ReplyDeleteHahaha.... Yang ldr semangat!
:))
Delete#TeamLDR berusaha tidak galau membaca ini.
ReplyDelete:))
Deleteaku resmi LDRan sekarang ;'(
ReplyDeleteeinsten ga lupa kok, selain dilatasi waktu, ada juga tuh jarak, namanya penyusutan panjang. cmiiw
muehehehe
:))
DeleteDan kenapa juga mesti harus takut untuk berpisah,cerai,putus hubungan dan lain sebagainya... ORANG GUE JOMBLO... *Ups...Lariiiii... Salam SiBocahLaliOmah
ReplyDelete:))
DeleteAKu nggak terlalu takut sama jarak yang memisahkan, tapi lebih takut ke si dia 'nemu yang baru'.
ReplyDelete:))
DeleteBaca ini sambil dengerin lagu melo. Rasanya jadi dalem...
ReplyDelete:))
DeleteKalo soal selingkuh sih pacaran yang satu kota juga bisa. Tergantung orangnya juga, mau komitmen atau enggak..
ReplyDeleteCumak yang ngga tahan sih RINDUNYAAAAAA!!!!! T_T *lalu curhat*
:))
DeleteNGGA NIAT BANGET SIH WOOOOIII, BALES KOMENNYAH!!!
DeleteDuh, baca ini gue manggut2 ...
ReplyDeleteseringnya kita suka nge-bully orang2 yang LDR-an, kebanyakan memvonis tinggal nunggu waktu buat putus. padahal orang yang enggak LDR-an tapi hubungannya kandas juga banyak.
Dalem nih tulisannya.
:))
DeleteYap, komunikasi. Sedeket apa pun jarak dalam sebuah hubungan, kalo nggak ada komunikasi juga akan terasa jauh. :))
ReplyDeleteAdi lagi waras. Sesuai labelnya. Hahaha.
:))
DeleteKomen lu apa banget, Di. Semuanya senyum doang. Hahahahay.
Deleteintinya komunikasi kan ya?
ReplyDeleteitu sebenernya yang sedikit sulit dihadapi sama kaum LDR, bukab selalu tentang jarak--selama masih di bumi.
komunikasi sekedar via suara atau teks message yg kadang mempengaruhi tingkat kepercayaan sebua hubungan LDR. kalo saling percaya si gak terlalu ribet. tapi kalo pacar kita adala seorang yg insecure akut itu agak sulit mengatasi 'masalah jarak' diatas.
misal: sayang aku futsal dulu ya.
pacarnya: mana coba kirim foto kamu lagi makan rumput lapangan biar aku yakin kamu ga bohong.
kan ribet.
Intinya: komunikasi yang berjarak juga masalah besar.
*ini apaan si*
*skip aja*
*sori dibajak*
:))
DeleteAnjir, dalem amat ini, bro. Deva, kamu aman bersama cowok ini.
ReplyDelete:))
DeleteTeori kenapa ini nggak berlaku kalau jarak tanpa diiringi dengan kesetiaan.
ReplyDeleteBahkan komunikasi yang baik pun kalau kesetiaan tidak ada nggak akan berguna. Karena yang selalu bertanya "sudah makan apa blum" akan kalah dengan yang berkata "makan bareng yuk"
Intinya bukan komunikasi tapi komitmen, menurutku :)
:))
DeleteUntung gua gak pernah LDR, jadi gak pernah bermasalah sama yang namanya jarak. Masalahnya cuma satu, keriba-keribo jadi (dot)com. Cieilaaah.... :D
ReplyDelete:))
DeleteIya kak relativ :D jadi susah nah. Kan orang-orang memiliki kerelativan sendiri-sendiri. Hehehe Salam Pramuka ya
ReplyDeleteDuh, dalemmmm~~~
ReplyDeleteAaaa baru baca postingan ini. Gak ada yang salah dengan jarak.
ReplyDelete''Komunikasi itu yang membuat “rasa” di dalam hubungan tidak sama lagi.''
keren yang bagian ini bang. Ngena banget.
Karena setiap orang pasti akan berubah, maka jarak yang sebenarnya nggak berubah malah berubah. *mendadak galau
ReplyDelete