Di luar hujan masih
turun pelan-pelan. Sesekali gue menyesap kopi karena tulisan ini tidak kunjung
selesai. Sesuatu yang identik dengan unsur merah jambu.
Gue diam sebentar,
mendengarkan penyiar favorit mengudara.
Sebelum mengetik
ini, gue baru saja membaca beberapa artikel Modern Love. Di salah satu artikel,
gue membaca bahwa ada kecenderungan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan,
ketika menuliskan tulisan tentang cinta.
Dalam artikel
tersebut, dikatakan bahwa laki-laki lebih sering menuliskan kisah cinta
berdasarkan pengalaman masa lalunya. Laki-laki selalu beranggapan bahwa kisah
cinta yang ideal adalah yang realistis. Kebanyakan, cowok-cowok ini, ketika
disuruh menulis kisah cinta, mereka menuliskan hubungan masa lalu sambil
bertanya, “Bagaimana kalau kisah cinta kemarin sebetulnya adalah yang paling
baik?”
Dan
bagaimana-bagaimana yang lain.
Di sisi lain,
perempuan selalu menganggap kisah cinta favorit mereka adalah di masa depan.
Layaknya dalam cerita-cerita fantasi, di bayangan mereka, kisah cinta yang
sempurna adalah yang benar-benar sempurna. Perempuan juga selalu detail ketika
membayangkan kisah cintanya. Bagaimana lekuk rambut si pria. Aroma tubuhnya. Warna
celana yang dikenakan.
Sampai lagu itu
dimainkan oleh penyiar.
Gue lalu berpikir,
‘Seperti apa kisah
cinta yang gue inginkan?’
Kita seringkali
menemukan kebetulan-kebetulan yang terselip dalam tulisan cinta. Si pria sedang
duduk sendirian di bar, lalu datang perempuan mabuk dan memuntahi jas si pria. Mereka
ribut, beberapa hari setelahnya timbul rasa
penasaran, akhirnya mereka lanjut berkenalan. Ada yang naksir karena
tidak sengaja bertemu di antrian busway. Si laki-laki tertarik dengan gaya berpakaian
si perempuan. Ada juga yang bermula dari telepon salah sambung.
Seperti yang kita
tahu, kisah cinta yang baik selalu diawali oleh pertemuan pertama yang
mengesankan.
Dan kalau disuruh
memilih, mungkin inilah pertemuan favorit gue:
Gue sudah duduk
berjam-jam di sebuah cafe dengan laptop yang baterainya mau habis. Setelah
menuliskan berlembar-lembar halaman, entah menulis postingan blog, entah
tuntutan pekerjaan, entah menulis skrip apapun.
Gue menutup laptop,
dan di sanalah dia.
Sedang repot dengan
beberapa kertas di meja. Dengan tali sepatu converse yang tidak terpasang
dengan baik. Dia membungkuk, membenarkan tali sepatu kirinya dengan malas. Dia
melirik ke arah gue.
Dan gue melihat
keanehan di matanya.
Gue kembali
menegakkan laptop, berusaha mengontrol diri yang tiba-tiba grogi. Sampai
beberapa menit kemudian laptop gue mati kehabisan baterai. Kopi di gelas sudah habis.
Gue menarik napas.
Menghampirinya, lalu
kami berkenalan.
Memang wanita lebih cenderung membayangkan masa depan dengan kisah kisah yang sempurna. Mungkin udah jadi kodratnya wanita punya kecenderungan seperti itu.
ReplyDeleteMemang perempuan paling suka berkhayal ya.. -_-
ReplyDeleteDia siapa bang??
ReplyDeleteAnjir. Selon banget, Di. :)) *cium tangan*
ReplyDeleteGue ngerti maksudnya. *ikutan salim*
Deletekarena masa depan adalah impian dan kejutan yang manis, maka perempuan lebih senang bermain dengan imajinasi mereka tentang masa depan XD
ReplyDeleteBaru kali ini, sisi melankolis Bang Adi keluar lagi selain di Tumblr-nya. Keren. Gue manggut-manggut. Bener juga ya, kalo cewek sama cowok seperti itu. Hihi.
ReplyDeleteKalok aku serem cara kenalan kayak gitu, Di. Itu sih namanya nyepik. Mihihihi.. :P
ReplyDeleteLangsung panik gitu nyalain laptop lagi haha
ReplyDeleteTapi gantle loe bang, kalo ujug-ujug minta kenalan gitu
Terus terus gimana? *terlalu menyimak*
ReplyDeleteKAMI INGIN TAHU KELANJUTANNYA!
ReplyDelete(Cara menulis lo makin keren, Di. Gue belajar banyak)
SETUJU... KAMI BUTUH LANJUTANNYAAA!!!
DeleteBener juga kata lo, Di. Merasa sebagai laki-laki, gue gak pernah ngebayangin jalan cinta yang gue ingini, tapi kalo udah pernah ngalami, bakal terus diinget tiap alurnya.
Oh my God so sweet pol pol pol! Cie Bang Adi ngomongin cinta, beneran apa enggak tuh, bang? Ihiyyyy, Bang Adi jatuh cinta cieee cieeeeeee. Iya ya... ternyata cewek emang suka ngomongin masa depan. :D
ReplyDeletepertemuan di cafe .. oh indahnya..
ReplyDeleteemang,, sebagai cewek gue juga demen ngebayangin gimana masa depan sama si pangeran,
ReplyDeletebtw cara pertemuannya udah kek ftv terlalu mainstream :p
coba deh kalau pertemuan pertamanya, si cewek gak sengaja nabrak si cowok terus buku yang dibawa si cewek jatuh berhamburan lalu si cowok ngebantu buat mungutin kemudian tak sengaja tangan mereka bersentuhan, mata mereka saling bertatapan lalu,,, lalu,, dengan gerakan slowmotion terdengar backsound,,, "pandangan pertama awal aku berjumpa,,,"
eh kepanjangan,, maaf,, salam kenal yee,,
Habis berkenalan ngapain tuh :)
ReplyDeleteAihh, jadi kebawa ama alur ceritanya.. abis kenalan pasti suruh ngiketin tali sepatu si cewek tuh.
ReplyDeleteSungguh pertemuan yang cemiwiw.
ReplyDeleteTumben, tulisannya bener sampai abis. Biasanya... :))
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteIya.. semua pada teriak nunggu kelanjutannya, gue juga~
ReplyDeletepenasaran sama gaya kenalannya bakalan kayak giamana~
Cara nulisnya keren!
ReplyDeletemasih bingung dengan hal berbau cinta.
ReplyDeletedan gue masih belum ada nyali buat kenalan langsung kayak gitu.
bisa kali, di lo kenalin temen cewe lo ke gue. sapa tau ada yang khilaf, mau jdi majikan gue
Waktu dia membungkuk, mata lo fokus ke kepala apa bawah leher di?
ReplyDeleteWOW sering-sering nulis beginian baaaaannggg multitalent writer banget sih hehehe.
ReplyDeleteBerkenalan sama siapa? Sama deva bukan? :D
ReplyDelete