//ini adalah
postingan misterius//
Baca: PostinganMisterius part 1.
‘Hoek… Elu cobain
deh. Mantab, Di!’
Mantab?
Sepertinya pria di hadapanku membual. Ekspresinya menjelaskan semua itu.
Tuanku
tertawa geli,
‘Hahaha Elu, sih. Gaya banget pesen
Chai Thai Tea.’ Ia kemudian bangkit
meninggalkanku dan si pria belah tengah, ‘Sini, biar gue ambilin gula.’
Apa
itu? Chai Thai tea? Aku baru mendengar nama susu seasing itu.
Tuanku kembali ke meja sembari menggenggam dua bungkus
gula putih dan sebungkus gula cokelat. Ia merenggut gelas berwarna susu itu.
Ditimang-timangnya itu minuman, ‘Emang rasanya kayak apa sih?’ Alisnya mengerut, pertanda ia sedang serius.
‘Hoeeeeeekk. Njir. Mahal-mahal
rasanya kayak jamu buyung upik!’
Jamu?
Susu rasa jamu? seperti apa rasanya. Hik, aku ingin muntah membayangkannya.
‘Nih, kalo mau. Minum aja green tea
gue. Makanya, Gung, lain kali kalo mesen jangan ngasal.’
O,
jadi gelas hijau ini green tea. Yeah, pilihan tuanku memang selalu tepat.
‘Jadi gimana Di. Mengenai tulisan
lu? Apa... kibal-kibul?’
‘Keriba-keribo.’
‘Nah, iya itu.’
Tuanku
bertukar posisi dengan orang di hadapanku, aku sebut saja dia Gung, sesuai
dengan yang tuanku panggil terhadapnya. Tuanku lantas menyentuhkan jemarinya ke
mini touchpad-ku, kemudian menggoyang-goyangkan telunjuknya di sana. Beberapa klak-klik,
lalu kupampangkan sebuah lembar kerja Microsoft
word.
‘Ya sejauh ini sih masih lancar. Elu
doain aja nanti ada penerbit sarap yang mau realisasiin ini.’
Gung
meremas Chai Thai Tea, menempelkan bibirnya ke sedotan, Sebelum ia menyedot itu
cairan ke dalam mulut, ia bicara, ‘Hahaha. Amin dah. Kalau elu sukses kan gue
juga seneng.’ Gung menyeruput sedikit
cairan susu itu sebelum melanjutkan, ‘Emang, ide lu pertama kali bikin
kibal-kibul ini apa sih?’
‘Keriba-keribo.’
‘Nah, iya itu.’
‘Jujur, awalnya sih mainstream
banget, Gung. Blog. Keriba-keribo ini asalnya dari blog gue dengan nama serupa.
Yah, sama lah kayak orang lain. Lama-lama jadi kepikiran untuk punya buku
sendiri.’
‘Blog? Berarti non-fiksi, dong?’
‘Yes.’
Tuanku menaruh tangannya di belakang
kepala, sementara Gung mulai menyesap green tea milik tuanku. Aku sendiri
sebenarnya tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Aku lebih tertarik
kepada wanita di balik etalase yang berisi semacam roti-rotian. Wanita itu
memakai celemek hijau, lagipula senyumnya lucu.
‘Kalau gitu sama dong kayak Raditya
Dika? Terus apa bedanya sama buku lawak yang lain?’
‘Ya, secara ngga langsung pasti ada beberapa
kesamaan. Tapi kalau secara umum, ngga cuma dia doang. Gue juga suka cara
pikirnya David Sedaris, dan bagaimana Jeff Kinney menuturkan sebuah diary di
Diary of a Wimpy Kids. Dan, kalau untuk cara bertutur pun, karena referensi gue
lebih ke buku lawas, jadi pasti beda. Tulisan gue terkesan tua... dan bapuk.’
Siapa
pula itu Raditya Dika, David Sedaris, Jeff? Aku sih lebih suka menonton lawak
dibanding harus membacanya. Wendy Cagur dan Andre Stingky menurutku lebih oke.
Tuanku
kini menegakkan posisi duduknya—tidak lagi bersandar di sofa—lantas ia
berbicara dengan nada serius, ‘Dengan keriba-keribo, gue mau menerangkan
kalau sebenarnya seorang penulis juga mampu ‘tumbuh’ di dalam sebuah buku. Dari
gue yang awalnya-’
‘Jo!’ Wanita bercelemek itu berteriak dan menaruh
setangkup gelas di atas etalase. Pikiranku bercabang, tak lagi ku dengar
kata-kata tuanku.
//bagian kedua//
Judulnya pas banget sama ceritanya soalnya emang misterius, tapi gue masih ada yg nggak ngerti sama penasaran di :|
ReplyDeletegua engga paham bang. maksud nya apa sih?
ReplyDeletehay, calon penulis misterius
ReplyDelete‘Dengan keriba-keribo, gue mau menerangkan kalau sebenarnya seorang penulis juga mampu ‘tumbuh’ di dalam sebuah buku. Dari gue yang awalnya-’ Nah, gue setuju nih sama kalimat ini!.
ReplyDeleteIni lebih misterius dari sebelumnya..
ReplyDeleteLaptop. Keriba-keribo. Buku. Hm.. misterius..
ReplyDeletemisterius banget ini :D
ReplyDeletebener-bener postingan misterius, kalau mau ngerti postingan ini harus mecahin kode ya?
ReplyDeleteHabisan kepoin posting yang dulu, ini lagi cerita salah satu resolusi tahun 2014 yang mau nerbitin buku itu ya? Hohoho barengan dong sama nerbitin skripsinya. Baguslah kalo gitu jadi manusia produktif, ya, Bang.
ReplyDelete