Aku duduk di bangku plastik. Dahiku berkeringat. Tegang. Aku yang lain tengah menunduk di balik mobil. Memeriksa perlengkapan. Mengecek situasi. Sebentar masuk ke ruang belakang, melihat sandera. Aman. Masih tiga.
Aku yang lain
mengambil flashbang, bersiap akan
kedatangan mereka. Aku berjalan perlahan. Melewati koridor. Lalu bersembunyi di
balik kotak besar entah tempat apa, mungkin persenjataan. Mereka datang. Aku
mengusap tangan ke paha. Basah. Jantungku berdegup kencang.
‘Come on, guys.’
Aku melempar flashbang. Mereka kocar-kacir. Kutarik
pelatuk AK-47 milikku ke segala arah. Lantas berlari ke belakang. Menuju sebuah
rak yang di atasnya terdapat kacamata inframerah. Kuambil. Kupakai. Lantas
menuju tempat berdarah itu. Tiga. Tidak, hanya tinggal dua orang. Asap mulai
hilang. Kulihat baju mereka biru tua. Ada yang mengenakan sejenis helm
pelindung. Di tangannya M-16 dan sebuah granat.
Aku berlari ke lantai
dua. Kudengar suara jantungku semakin keras. Kubidikkan senjataku ke kepala si
pemakai helm. Belum sempat menarik pelatuk, punggungku tiba-tiba terasa panas.
Perih. Aku balik badan. Ternyata orang yang tadi menghilang menikamku dengan
belati. Darahku menetes cepat.
Aku kabur ke ruang
sandera.
Aku mengacak-acak rak
kecil tempat kacamata inframerah. Di laci kedua kutemukan kotak putih,
obat-obatan. Lumayan. Darahku tidak sederas tadi.
Aku kembali ke luar.
Tiga. Dua. Satu. Aku menunduk, melewati lorong kecil, menunggu sasaran. Hanya
kulihat satu target. Ke mana yang dua?
Aku panik dan
memeriksa sekitar. Tidak. Granat. Aku langsung meloncat ke samping. Tapi
ledakkannya cukup dahsyat sehingga kaki kananku terkoyak. Aku tertatih-tatih.
Mendadak betis kiriku terasa panas. Entah tembakan dari mana lagi. Lalu daguku
kena. Lalu pundak. Lalu lengan. Darah mengucur. Aku berusaha menghindar namun
kepalaku hancur dihajar M-16.
‘Kurang ajar.’
‘Setan!’
Aku mengobrak-abrik
komputer yang ada di depanku. Kulempar semuanya. Petugas mendatangiku. Ia
membawa belati dan menikamkannya ke lenganku. Aku mengantuk.
‘Suntikan ini akan
menenangkanmu.’
‘Sekarang, kardus dan
terong buat tembak-tembakan. Besok apa? dasar gila.’
…
*) cerita ini diikutsertakan dalam flash
fiction pipet.
*) cerita ini terinspirasi dari Bab Fatima,
Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa, karangan Maggie Tiojakin.
besok botol bekas yang dibikin bazooka atau geranat :D
ReplyDeleteternyata pasien rumah sakit jiwa yak....
nice post gan :D
Makin jago Adi skrg bikin fiksi nya...
ReplyDeleteLanjutkan, Di...
wihh keren nih, fiksinya. gue belum tentu bisa.
ReplyDeletegue kira beneran perang2an kek the raid ternyata orang gila -__-
fiksi kalo dibuat dengan tokoh utamanya merupakan pengalaman penulis di dunia nyata, emang hasilnya bisa luar biasa.... mantep...
ReplyDeleteorang gila.. orang gila.. orang gila..!!! :3
ReplyDeleteHampir menyentuh bagian akhir gua kira lu lagi maen CS, Di. Ternyata eh ternyata...
ReplyDeleteHahahahha ternyata orang gilaaaa xD
ReplyDeleteYaelaaaah, orang gila hahahaha. Keren bang! Lanjuuuut!
ReplyDeleteOhh ini blog yg authornya suka komen di postingan gue xD hagahaha Twitter lo apa sih? Gue penasaran kaya pernah tau hahahahah
ReplyDeletegak tahu kenapa baca ini langsung inget toni blank.
ReplyDeletegood luck ya...
Asem! Ternyata orang gila -___-
ReplyDeleteMonkey.
ReplyDeleteTernyata cuma khayalan orang gila. Wahahaha tapi bagus di. Setupnya enak banget dan puchlinenya langsung bikin gue ngakak!. Keren di...
Seet dah ternyata orang gila, tapi BTW
ReplyDeleteWah keren cara tellingnya, ajarin dong gan ?
belati dibuat nyuntik? -_-
ReplyDelete