Minggu 02/03/14
01.00 Am:
Sekarang jam 01.00 pagi. Gue baru saja sampai ke rumah Pamulang. Basah-basahan dan barusan menyeduh secangkir kopi panas.
Jam segini, harusnya
gue lagi di Bogor. Sedang enak-enaknya tidur karena memang badan lagi remuk
semua. Kemaren pagi aja gue tidur sampe 11 jam. Kecapean abis bantuin
penelitian kuliah temen, ngangkut-ngangkut karung belasan kilo di Gunung Walat.
Pantat pun udah kempes sebelah gegara bolak-balik Bogor - Sukabumi naik motor dengan total perjalanan
7 jam.
What a faking tired day.
Sampai tiba-tiba,
sekitar jam 3 siang, pas lagi main twitter, gue melihat twit dari Rahne Putri:
Dengan semangat anak
muda yang membawa nama gratisan, gue iseng-iseng membalas twit tersebut hingga
kemudian:
Gile. Cuman ngetwit
'mau' doang langsung benaran dikasih tiketnya. Padahal. Kan. Gue. Iseng doang.
Membaca twit dari
Rahne tersebut membuat gue senang sekaligus bingung. Senang karena, ngga tahu
kenapa badan gue langsung jadi enteng. Bahu gue yang semula pegel-pegel seketika
membaik. Bingungnya karena, gue tidak pernah ke Java Jazz Festival sebelumnya. Takutnya
malah tidak sesuai sama bayangan gue tentang Java Jazz selama ini.
Tapi benaran.
Menurut gue Rahne itu baik banget. Berani-beraninya dia ngasih tiket ke orang
yang dia ngga kenal. Gimana kalo misalnya dia ngasih ke orang yang salah. Pas
ketemu orangnya pake peci dan malah teriak teriak, ‘INI PASTI PERBUATAN ZIONIS
INI! KAMU SAYA TANGKAP! BUBARKAN ACARA INI! ALLAAHU AKBAR!’ sambil bawa-bawa
balok gede. Atau misalnya, si orang yang dia kasih ternyata orang dari
pedalaman yang tidak mengerti apa-apa. Sampe di Kemayoran malah bingung, ‘Ono opo
kiye?’ Atau yang parah, gimana kalo yang muncul adalah alien. Yang datang ke prj untuk menculik Rahne, membawanya ke Mars lalu menjadikannya Ratu bagi
jomblo-jomblo yang tidak mampu bertahan hidup di bumi.
Di perjalanan, gue
berpikir dengan matang. Gue tidak ingin pertemuan dengan Rahne Putri menjadi
garing. Gue mulai merenung untuk memilih pembukaan yang bagus. Apa gue harus
mengganti nama supaya terkesan macho? ‘Halo Rahne, gue sebenarnya bukan Adi,
Gue John.’ Sambil goyang-goyangin otot dada ala Agung Hercules. Tapi malah aneh. Apa gue harus pake
bahasa inggris aja, biar dikira smart? ‘Yo Rahne, wazzaappp!!??’ ah, kesannya
norak. Apa gue harus lari sambil buka baju, muterin pohon beberapa kali
kemudian meluk Rahne kayak di film-film India? Uh, lebih aneh lagi.
Selama perjalanan,
gue juga menerka-nerka. Seperti apa Rahne yang sesungguhnya, yang asli, yang
selama ini, kelihatan sangat akrab dengan kata-kata.
Singkat cerita, gue
sampai di Kemayoran. Kita janjian untuk ketemu di depan mobil jip radio Ardan. Hal
aneh pertama yang kami lakukan adalah, telpon depan-depanan kayak di sinetron.
Yak, gue tidak sadar bahwa dia ada di depan gue. Dia menelepon, gue mengangkat,
dan terjadilah awkward moment buat gue. Untungnya kegiatan ini tidak
dilanjutkan dengan tiupan angin ke wajah Rahne, dia menjatuhkan sapu tangan,
gue ambilin, menikah, lalu kita berdua hidup bahagia.
Kita saling
memperkenalkan diri dan dia kemudian mengenalkan Triska, temannya yang berambut merah, ke gue. Gue lalu tidak mampu berbuat apa-apa. Gue lebih banyak diam
canggung. Grogi bok. Jelas saja, dialah salah satu orang keren yang
tulisan-tulisannya sangat menginspirasi. Ia seperti punya hubungan dekat dengan
kata-kata. Tulisannya mampu membuat orang berkata, ‘Gila keren banget. Kok bisa
ya dia merangkai kata seindah itu..’ sedangkan tulisan gue dapat membuat orang-orang
bereaksi, ‘Astaga.. aku telah menodai mataku ini. Ampuni aku ya Allah??!!’
Bahkan, saking
canggungnya gue, Triska sampai menggoda dengan menyarankan gue untuk berfoto
bersama Rahne. Sumpah sebenernya gue mau banget. Tapi, entah kenapa gue cuman bengong kayak orang kesurupan. Untuk bernapas saja aku sulit. Huhuhu.
Payah banget gue, saking groginya sampe kehilangan momen untuk foto bareng.
Lain kali ngga boleh kelewatan nih. Yosh!
Momen-momen terbahagia
adalah saat Rahne menyerahkan selembar kertas seukuran hvs. Gue memerhatikan
kertas itu. Membacanya dengan jeli dari huruf ke kata ke kalimat. Ternyata, itu
adalah tiket Java Jazz-nya. Horeeee. Seketika gue langsung girang bukan main.
Waktu itu, gue punya beberapa pilihan reaksi:
1. Loncat-loncat sambil gigitin kertas tiket Java Jazz saking girangnya.
2. Lari menerobos antrian orang dan masuk sambil jerit-jerit saking girangnya.
3. Kabur, lalu mengendap-endap ke depan prj buat jualan tiket.
HAHAHAHA. AKULAH
ADI, SI CALO TIKET, YANG TIKETNYA DAPET GRATISAN DARI RAHNE.
Setelah
berjingkrak-jingkrak kecil karena baru pertama kali megang tiket begituan, kita
bertiga masuk dengan antusias. Tempat pertama yang kita datangi adalah booth
creativepreneur. Di sana, Rahne dan Triska membuat tato sementara gue keliling
ngeliatin merchandise yang dijual. Melihat barang-barang bagus yang dijual, gue
langsung norak. Gue pergi ke rak berisi jam tangan, memegangnya, lalu
memandangi pergelangan tangan sendiri. Membayangkan diri gue memakai jam tangan
gaul nan macho..sampai gue sadar kalau harga jam tersebut bisa bikin gue tinggal
di pom bensin.
Selanjutnya, kita
pergi ke booth firstmedia. Di sini yang tampil adalah Bella Kalolo. Seorang
musisi perempuan asal Selandia Baru. Musik yang dia bawakan cukup enak.
Berdebum-debum. Vokalnya empuk sehingga enak didengar. Kita bertiga
menikmatinya sambil melahap popcorn yang dibawa dari booth sebelumnya.
Sekitar pukul 8
malam, gue sms Lukman, teman yang kala itu datang juga di Java Jazz, menanyakan
posisi dia.
‘Ini lagi mau ke
JKT48. Panggung depan.’
Dengan hasrat lelaki
jantan, gue bilang ke Rahne kalo pengin pindah ke panggung depan. Berhubung
bunyi musik sedang keras, suara yang keluar dari mulut gue jadi tidak jelas.
‘Kak, mau ke
pangaeogiun pan yaagg!!’
‘Apa?’
Gue pun
menunjuk-nunjuk ke arah depan. Berharap dia mengerti maksud gue.
‘Mau ke panggung
depan! Liat Jeketi!’ kata gue.
‘Oooh. Oke. Makasih
ya, Di. Kali aja kita nanti ngga ketemu lagi!’ katanya, mengeraskan suara.
‘Ngga mungkin!’
jawab gue. ‘Kita pasti ketemaufauag ghiii!!??’ (yang artinya: kita pasti ketemu lagi)
Setelah dadah-dadahan,
gue segera melesat ke panggung depan, nonton JKT 48. Penasaran karena belum pernah menonton JKT 48 secara langsung.
Lagu pertama:
Ah, gini doang ternyata.
Ngga seheboh yang dibicarakan orang-orang.
Lagu kedua:
Hmm.. lagunya
lumayan.
Lagu ketiga:
Bolehlaah yaa.
Lagu keempat:
Jogetannya oke juga.
Lagu kelima:
Mimisan.
Lagu keenam:
Mulai kehabisan darah.
Lagu ketujuh:
Terkulai lemas di
aspal.
Lagu kedelapan:
Tewas diinjak-injak
penonton.
Hehehe. Gue ngga
bisa menilai sih bagus atau enggaknya. Tapi buat gue seru aja ngeliat cewe
rame-rame di atas panggung. Untungnya tidak ada penonton yang histeris atau
rusuh atau anarkis. Jadi enak aja nontonnya.
Mulai bosen, gue
akhirnya muter-muter dan masuk ke salah satu hall. Di sana ternyata yang main
orang jepang. Keren, broh. Mereka bertiga. Pianis, bassis, sama drummer, tapi pemain
aslinya hanya si pianis. Bassis dan drummernya cuman bantuin. Si pianis Jepang ini kelihatan necis. Ia berambut lurus panjang dan menggunakan topi bowler. Namanya gue lupa.
Yang gue denger dari Si MC: Scrhopauearr head (yang kedengeran cuman head-nya
aja). Susah namanya. Hehehe. Karena ribet, mari kita panggil saja Si Orang
JePANG BErambut panJANG itu dengan sebutan Si Opang Bejang.
Si Opang Bejang
membuka dengan memperkenalkan diri menggunakan bahasa Indonesia sambil menyontek dari
kertas yang dia pegang. Selang beberapa saat, Triska dan Rahne tau-tau muncul
di samping gue. Tuhkan bener, kita bakal ketemu lagi. Huehehe.
Musik Si Opang
Bejang ini gue suka banget. Emang deh, orang jepang paling bisa kalo bikin musik-musik
instrumental. Selama tampil, Si Opang Bejang sering membuat ktia mangap-mangap
sendiri karena keahliannya bermain piano. Tapi yang paling lucu adalah si
drummer. Dia sering ngelawak dan ketawa-tawa sendiri. Bahkan, main di Java Jazz
aja pake kaus pink dan celana pendek biru muda doang. Berkat dia, gue jadi
belajar bahwa menjadi keren tidak harus berpenampilan rapih. Dengan prinsip
seperti itu, nantinya gue bakal ke mall pake sarung doang. Gue pasti..bakal
digelandang ke panti sosial terdekat. Hehe.
Setelah menyaksikan
Si Opang Bejang, gue berkelana mengitari seluruh Java Jazz Festival. Dan
akhirnya pulang hujan-hujanan jam dua belas malam.
Malam itu, ada orang gila yang merusuh di Java Jazz Festival.
Dan orang itu, tidak keribo.
Uh, ternyata panjang juga ya tulisan ini. Ngga sadar ternyata udah mau jam setengah tiga aja. Saatnya berkencan dengan kasur, nih. Hohoho.
Uh, ternyata panjang juga ya tulisan ini. Ngga sadar ternyata udah mau jam setengah tiga aja. Saatnya berkencan dengan kasur, nih. Hohoho.
Terima kasih buat
Rahne Putri yang ngasih tiket dan mau main bareng. Juga buat Triska yang
orangnya rusuh dan sering joget-joget sendiri. Buat popcorn-nya juga! Terima
kasih. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti :D
…
Barusan gue mencari
Si Opang Bejang di Youtube, ternyata nama aslinya Schroeder-headz (tetep aja susah!). Ini beberapa lagu
yang menurut gue mantep:
gile java jazz... keren tuh di. ditempat gue mah paling banter musik dangdut melulu.. yg peyanyi pake celana gemes semua.. :|
ReplyDeleteDi sini juga sebenarnya banyak kok yang begitu. :))
Deletegile itu si rahne, baik bener. beruntung banget lo di *langsung stalking-in doi*
ReplyDeleteAh, gilaaakkk lo beruntung bgt bisa dapet tiket java jazz gratis, Di :| ketemu sama rahnenya langsung malah hahaha
ReplyDeleteHo oh. Kurang cipika-cipiki aja.
Deleteah nyesel guw kaga ikut ke java jazz kemaren padahal ada yang ngajak gue tuh gratisan juga,bisa seru-seruan gw sama lo disna di hee kita memang tidak di jodohkan kwkwkw somplak
ReplyDeleteOsyit. Gue emang ngga mau jodoh sama elu.
DeleteWih, Adi gaul, ke Java Jazz :))
ReplyDeletePas acara ini, gue lagi ngetik postingan hahaha
Yuhu. Yang kotak surat itu yaa?
DeleteBukan, yang sebelumnya hahah
Deletewakakak.. kasian bgt lagu ke-8 diinjek-injek penonton..
ReplyDeletetapiii.. gak ada cabe-cabean kan dsana?? hihi..
Ngga ada. Tapi tetep aja, yang nonton dan penasaran sama JKT 48 banyak banget :))
DeleteGile.
ReplyDeleteDengan datangnya lo ketempat yang mahagaul ini, otomatis itu membuat lo naik level dikalangan anak gaul, Di. Sebagai teman blogger yang baik, gue ikutan bangga, deh. Lanjutkan ya, enggak keribo! :))
Ah, gue mau follow si rahne dulu. Siapa tahu ketularan dapet tiket. Tiket nonton JKT48.
Beruntung banget lo dapet tiket gratisan ke acara gaul kayak java jazz gitu.
ReplyDeleteGue juga pengen tuh, pengen dapet gratisan juga huehehe...
Ho oh. :))
DeleteWah selera musiknya tinggi juga yah,,, Java Jazz,,,
ReplyDeleteahh gile. iseng2 doang, malah bisa dapet tiket gratisan. coba nyari pacar bisa iseng2 gini juga ya. hahaha
ReplyDeletewaww, tiket gratis! asyik banget. apalagi kalo bisa ketemu Rahnenya ya
ReplyDeleteRezeki itu gak kemana ya, Di, hehehe.
ReplyDeleteJava Jazz itu apa? #sokpolos #digeplak
ReplyDeleteWiih... enaknya dapat tiket gratisan :D
bang jgn lupa bersyukur. ini adalah salah satu rencana Tuhan *halah sok jd alarm*
ReplyDelete