Beberapa hari
belakangan, gue sering memandangi tembok di sudut kamar. Tempat di mana
tulisan-tulisan itu menempel. Berjajar-jajar. Mereka—tulisan itu—menyerupai
barisan pohon-pohon pinus yang dari batangnya menguapkan kebahagiaan. Namun
terkadang pula, tulisan itu jadi seperti burung kurir yang hinggap di pucuk
pohon pinus, yang mengantarkan kenangan dan masa lalu.
Malam ini gue menyeduh
secangkir susu putih,
menaruhnya di meja
di bawah
tulisan-tulisan itu. Gue lalu memerhatikan kepulan asapnya, yang sesekali naik
dan menyampaikan ‘halo’ kepada tulisan-tulisan itu. Kemudian, ini kepala
perlahan-lahan naik, dan akhirnya kembali menelusuri tulisan-tulisan itu.
Tulisan itu adalah kesan
dan pesan teman-teman terhadap gue sewaktu mengikuti malam keakraban kemarin.
Tapi lebih dari itu, tulisan tersebut adalah cermin. Di mana huruf-huruf yang
terangkai saling bergabung dan menciptakan gue versi tulisan.
Selalu ada banyak rasa
ketika gue mulai membaca satu persatu tulisan tersebut. Ada yang membuat
manggut-manggut sendiri, membikin kesal, berekspresi ‘oh’, ‘ah masa’, sampai
tertawa terbahak-bahak.
Buat gue,
tulisan-tulisan ini berharga.
Dan oleh karena itu,
gue pengin memberikan respon atas pernyataan yang ada dalam tulisan tersebut.
Daaan, ini diaaa:
Di kertas-kertas itu, banyak yang menyemangati gue untuk tetap melanjutkan menulis dan bahkan ada yang menyuruh untuk cepat-cepat membuat buku. Terima kasih atas dukungannya, teman-teman. Pernyataan kalian ini semakin memperjelas bahwa tulisan gue mampu menurunkan IQ seseorang. Hehehe.
Kebanyakan dari mereka
juga menuliskan 'keribo'. Dan itu wajar. Sekalinya ada yang bukan keribo, malah
nulis, ‘sumpah gw mau ngeliat rambut lo lurus supaya nama blog lo ngga
keriba-keribo lagi.’ Minta
dibakar.
Selain itu, 'pendiam'.
Yang mana pada kesempatan kali ini saya menyatakan: kalian telah ku kelabui!
Duhai para rakyat jelata! Entah kenapa kalian terlalu mudah kubodohi…sampai gue
menemukan kertas-kertas yang bertuliskan bahwa banyak teman gue banyak yang
suka baca blog ini. Oh, ampuni dosaku, teman-teman.
Uh, dengan ini saya
menyatakan bahwa saya turut andil dalam merusak moral bangsa. Hehehe. Dan tapi,
dari semua tulisan yang tertempel di dinding, jawaranya adalah yang satu ini:
pesan dari mahluk transedental yang tidak mencantumkan namanya di kertas.
Pesannya berbunyi demikian, ‘Di… Jadilah pribadi yang terbuka sama
orang lain…cobalah jadi pribadi yang ringan dan menyatu sama orang lain, gw
yakin lw bisa…hehe…’
Gue hampir menangis
ketika membaca pesan tersebut. Ini adalah sebuah pesan yang sangat bijak untuk
mahluk unyu seperti gue. Gue yang buka baju lima menit aja langsung hipotermia,
ini malah disuruh terbuka sama orang lain. Dan dia, yakin kalau gue bisa.
Oh, kepada siapapun
engkau yang menuliskan tulisan di atas, gue yakin bahwa hubungan kita bisa
berjalan sangat dekat. Sedekat Roma Irama dan bulu dadanya.
Tapi, apapun
tulisannya, gue sangat senang dan bangga pernah bermain-main sama kalian.
Tulisan-tulisan ini akan membantu gue tumbuh dan terus tumbuh. Terima kasih ya.
Thanks for all these kind words :)
…
Lanjut soal komentar.
Kemaren ada yang bilang kalo nyamuk suka sama nafas yang ngos-ngosan, tapi
masalahnya temen gue yang lain ngga dinyamukin separah gue. Jadi mugkin jawaban
yang agak sesuai adalah yang bilang kalau nyamuk suka sama golongan darah O.
Iya, golongan darah gue O. Pantes aja gue dinyamukin sampe liar gitu. Ternyata
begitu toh. Baidewai, kalau yang orang-orang bilang darah manis itu yang kayak
apa sih?
Di komentar kemarin
juga banyak yang nyinggung soal Riana. Ada yang bilang kalau Riana tidak
menunjukkan jati diri aslinya, makanya Deddy lebih memilih Russel sebagai juara
pertama The Next Mentalist. Hmm, sebuah alasan yang logis dan masuk akal. Ada
juga orang yang bilang, karena Deddy yang menciptakan karakter Riana, maka agak
ngga etis kalau dia memenangkan ciptaannya sendiri. Hmm, ini juga alasan yang
masuk akal dan tidak dibuat-buat. Ada juga yang bersuka cita setelah tahu Riana
tidak juara. Orang-orang seperti inilah yang seharusnya dibasmi dari muka bumi.
…
*updated*
Beberapa waktu yang
lalu, Indonesia, sekali lagi tertimpa musibah. Mulai dari banjir bandang di
Manado, Sinabung, dan terakhir meletusnya gunung Kelud di Kediri. Semoga
teman-teman yang ada di sana tetap bisa bertahan dan aman. Kalian tidak
sendiri, guys. Kami, percayalah, di belahan tempat lain juga membantu kalian
entah itu dengan caranya masing-masing. So, jangan merasa kesepian dan
khawatir. Kita tetap bersama, Indonesia. :)
"Selalu ada banyak rasa ketika gue mulai membaca satu persatu tulisan tersebut."
ReplyDeleteini gue ngerasa sering ngedenger pas kata 'selalu ada rasa'
ngiklan ya mas ? :3
pens riana bang? :))
ReplyDeleteYosh!
DeleteWiiihh, bener tuh!. Support dari temen-temen emang bikin kita semangat!.
ReplyDeleteEniwei, Suka cita itu apaan ya? *purapurabegok*
"bang kribo kenapa masih kribo? mungkin krn skg lg musim rambutan ya?" haha :D
ReplyDeleteLha, kok lo bisa dapet pesan kayak gitu, Di? Hahaha.
ReplyDeleteBerarti ada yang beranggapan lo itu seorang introvert, dong.
Apabila gue analisa dari tulisan lo melalui blog ini. Gue pasti bakalan nebak lo orangnya sangat humoris.
Sejujurnya, gue memang introvert. Pernah ditulis di blog ini juga. Hehe. Tapi ya gitu, hiperaktif juga. Kayak ADD. :))
DeleteAyo, di. terbuka dong. coba buka... coba buka semua. Muehehehe. Tetap terus menulis, kawan. Sudah terlalu suka sama gaya tulisan blog ini :)
ReplyDeleteawalnya gue kira tulisan di dinding itu adalah.. graffiti .. oh wahai pangeran adi, kau menipuku dengan sedikit bangsat.
ReplyDeleteEngkau memang rakyat jelata seperti seharusnya, Kisanak.
Deleteiya, gue nangkapnya lo introvert. Mungkin lewat blog inilah lo 'terbuka' tapi mereka minta terbuka secara langsung (oke, bukan bugil).
ReplyDeleteWih, jago banget lu Yog. :))
ReplyDelete