Halo,
Apa
kabar kalian semua? gimana tampilan blog gue yang baru, lebih statutisasi
harmonisasi kan?
Setelah
berapa lama akhirnya gue kembali mengubah tampilan blog. Walaupun cuman
ngotak-ngatik dikit, tapi lumayanlah. Tampilan yang sekarang terlihat lebih
segar, tetep simpel, dan… biru. Meski gue masih rada belum sreg sama font judul tiap blog, tapi untuk
sementara gue pake ini dulu. Dan, oh iya. Karena mulai postingan ini gue ganti
jenis huruf di postingan, jadi maaf ya kalau belang-belang.
Perubahan
tampilan keriba-keribo ini sekaligus mengganti fungsi dari blog ini sendiri.
Yang tadinya diisi postingan apa aja suka-suka otak gue, mungkin nanti ke
depannya keriba-keribo bakal lebih terstruktur. Gue bakal buat blog ini menjadi
sebuah diary. Iya, benar-benar diary kayak zaman
SD dulu.Hal ini akan cocok mengingat gue juga jarang memasukkan gambar-gambar ke
dalam blog ini. Gue pun akan membuatnya seperti orang menulis diary pada
umumnya. Kalo orang-orang biasa menulis diary dengan sapaan, maka postingan ini
dimulai dengan sapaan halo. Kalau orang lain menulis diary dengan mencantumkan
tanggal, gue pun begitu. Kalau orang lain menulis diary di binder yang ada
gambar Putri Mermaid-nya. Gue engga. Astaghfirullah. Mana mau gue. Gue. Maunya.
Gambar. Siluman. Buaya. Putih.
Pokoknya
nanti keriba-keribo bakal jadi diary yang bener-bener diary, kayak di postingan ini.
And,
here we go.
Sabtu,
14/9/13
02.00 Pm:
Gue buka Facebook, kemudian menemukan ini di grup ICA:
Sir
Alex: “buat ICA Tangerang, berhubung besok ada yang
minta gath, jadi buat yg mau dateng silahkan dateng aja. Tempat seperti biasa
di depan Pizza Hut, SMS (Summarecon Mall Serpong) jam 4 sampe kelar. Gue sndiri mungkin ngga
dtg krn lagi tepar. Tapi yang lain silahkan dateng dan ramein gath nya ya. Yang
blom ke tag tp ada di daerah tangerang/ gading serpong/ BSD/ dan sekitarnya
silahkan lgs mampir aja.”
Gue
seneng. Akhirnya ada kumpul lagi setelah lama ngga main sama anak-anak ICA buat
latian flourish bareng. Langsung
gue komen: Insya Allah dateng. Jam 5 sampe sana.
03.00 Pm:
Gue
mandi. Begitu keluar dari kamar mandi, nyokap menghampiri gue sambil bertanya
penuh curiga: ‘mau ke mana, Dek?’
Gue pun
kaget. Di dalam hati gue berpikir: ‘Gile nyokap bisa baca pikiran gue.. tau aja
dia kalo gue mau pergi.’ Gue pun berucap, ‘i-iya, Bu. Mau kumpul ICA.’
Gue
memang ngga pernah dianggap benar sama nyokap dalam urusan mandi-mandian. Kalau
mandi agak sore, dimarahin. Katanya nanti rematik. Giliran mandinya ngga telat,
dicurigain mau pergi. Dan masalahnya, nyokap merupakan orang yang detail.
Setiap gue mau pergi pasti ditanya macem-macem. 1) Kamu mau ke mana? 2)
Naik apa? 3) Sama siapa? 4) Pulang jam berapa? 5) Kenapa Aceng Fikri
menceraikan istrinya dalam waktu 4 hari saja?
Kalau
udah kelewatan begitu, biasanya gue jadi males. Ujung-ujungnya gue hanya
menjawab: main… ke depan.
05.05 Pm:
Gue
sudah sampai di Summarecon Mall Serpong. Duduk di downtown depan pizza hut,
membaca buku sambil pasang earphone.
05.25 Pm:
Belum
ada yang dateng.
05.30 Pm:
Belum
ada yang dateng.
05.35 Pm:
Gue
gebrak meja: DUAR! Orang-orang pada ngeliatin: DUAR! Gue ditembak
pake senapan angin.
Karena
ngga ada yang dateng, gue memutuskan untuk jalan-jalan ke gramed. Rencananya
mau baca-baca Baju Bulan karya Joko Pinurbo. Karena ternyata bukunya ngga ada,
gue pun mencari buku-buku menantang lainnya. Gue pergi ke rak politik. 5 menit
baca, otak gue langsung konspirasi kemakmuran.
06.40 Pm:
Setelah
konspirasi kemakmuran gue mereda, gue sembahyang dan kembali ke downtown, depan
pizza hut. Merasa ngga bakal ada kumpul ICA, gue pun mengabarkan kepada dia dari masa lalu. Hari itu kita juga punya rencana
buat ketemuan.
‘Hei,
Di. Elu sekarang tinggian ya,’ sapanya.
Gue,
dengan tetap menjaga wibawa, membalas,’ Gue mah ngga tinggi. Elu aja yang
kependekan.’
Waktu
itu kita ngga begitu banyak cerita, lebih banyak canggungnya. Mungkin karena
udah lama banget ngga ketemu dan dia
datang dari masa lalu membuat
suasananya makin kikuk. Gue hanya sesekali menggoyang-goyangkan lilin dalam
gelas yang terdapat di meja. Sampai ke sebuah pertanyaan yang membuat gue
was-was, ‘elu udah makan, Di?’ Astaghfirullah. Dompet. Gue. lagi. Labil.
Ekonomi.
Gue
sok-sokan ngeles, ‘Belum. Nanti aja kayaknya.’
Sampai
ngga berapa lama kita akhirnya memilih untuk beli makan di luar mall. ‘Elu mau
makan apa, Di?’ tanya dia. ‘Apa aja.’ Gue melanjutkan dengan tersedu-sedu,
‘Yang penting murah…’
Gue pun
hanya mengemudikan motor ke arah yang dia tunjuk.
07.20 Pm:
Masih di
atas motor, sembari menunjuk-nunjuk sekitar, dia berbicara, ‘Nah, di sini
banyak makanan, Di. Elu mau makan apa?’
Gue,
yang ngga tahu daerah di sana-dan-ngga-tahu-ada-mamang-mamang-jualan-apa
akhirnya memilih makanan paling standar, dan paling biasa: nasi goreng.
‘Elu mau
apa?’ tanya gue balik.
‘Samain
aja deh.’
Gue pun
meminggirkan motor, menyambangi gerobak tukang nasi goreng, memesan dua piring
nasi goreng, kemudian duduk di kursi plastik. Belum lama duduk, dia seperti
memberi kode, ‘Eh, tau ayam coblos ngga? Di sini kan ada..’ Dia melanjutkan,
‘Di kosan gue juga ada tukang soto. Tapi agak ngga enak, sih..’ Gue,
yang-MANA-TAU-KALO-DAERAH-SITU-ADA-MAKANAN-GITUAN- coba membela diri, ‘Ah. Ini
juga nasi gorengnya pasti enak kok.’ Gue menoleh ke Abangnya, ‘Ya kan, Bang.
Enak nasi goreng buatan Abang?’
Abangnya
diam.
'Ya kan, Bang? Enak kan, Bang?'
Abangnya tetap diam.
Diamnya
si Abang ini, menurut analisa gue, punya dua arti: 1) Nasi goreng buatannya
emang ngga enak, 2) Dia pengen naroh penggorengan ke kepalanya buat jadi
topi-topian, tapi malu.
Setelah
makan, gue ke kosan dia dari
masa lalu, dan yang terjadi berikutnya adalah,
Rahasia.
something fresh ya dwi.
ReplyDeletesmoga nulis diary nya konsisten, aamin.
Adi, nyol. Dwi kok kesannya kayak feminim gimana gitu..
DeleteAmin, Amin.
Lo ga pulang di? lo ke kostan dia??? DIA di DIAAAA?? uhukkk trataktakdungcesssssss *oke ini komen gapenting*
ReplyDeleteWahai Rahman Yusuf yang dimuliakan, mari ikut saya, kamu belum minum obat, Nak.
Delete