Harusnya malem ini
gue bisa leye-leye dengan lega. Harusnya.
Iya, tadi siang harusnya
gue ada sidang praktek kerja lapang (postingan tentang pkl bisa diliat di sini),
tapi setelah gue deg-degan nyiapin materi, begadang ngebuat power point,
setelah gue dandan tampan ala kepala desa, setelah gue dateng pagi-pagi padahal
ngga ada kuliah, setelah gue ketuk pintu ruangan dosennya tiga kali, dosennya
malah ngga ada. Sempak.
Ada dua perasaan
yang gue rasakan setelah tahu kalau dosen pembimbing pkl gue ngga ada di kampus:
1) Sedih.
Tadi pagi padahal gue udah bilang, ‘Gile, gue pengen cepet-cepet sore deh.
Biarin lah presentasi ngaco, yang penting udah ngga ada beban.’ Kenyataannya
sekarang: masih ada beban. Dan nyesek karena kemaren gue nyiapin materi sampe
pagi. Kalau kata temen gue, ini gue udah kebelet boker, lari-lari nyari toilet,
dan pas ketemu, toiletnya dikunci. Maderfaker.
2) Seneng.
Pasti ada hikmah dibalik ini semua. Walaupun hari ini gue merasa kalah, pasti
ada kemenangan di hari yang lain. Tidak mungkin ada orang yang tidak menang
kecuali ia layak untuk di-tidak-menangkan. Oke, kalimat di nomor dua ini pasti
karena gue kebanyakan baca timeline-nya @MTLovenHoney.
Pindah ke topik lain,
hari senin minggu lalu, dosen gue cerita tentang teknologi-teknologi yang
digunakan oleh orang-orang di peradaban zaman lalu, kayak Piramida, Borobudur,
Machu Picchu, dan bagaimana uang batu digunakan di Mikronesia. Dia bertanya
tentang bagaimana cara orang-orang dulu dengan segala keterbatasannya mampu
mengangkat batu segede gaban, berjalan 5 km, bagaimana menyatukan batu-batu
tersebut tanpa semen dan bisa benar-benar menyatu dengan sempurna. Dia juga
punya temen yang kerja di bidang plasma, dan secara keilmuan menyatakan kalau
kira-kira dunia ini udah mengalami regenerasi sebanyak 5 kali.
Sesaat setelah dosen
gue ngomong gitu gue ngangguk-ngangguk, ‘Hmm.. bener juga ya. Udah banyak juga
perubahan yang kita alami. Orang dulu mampu bawa-bawa batu, sementara gue sekarang,
bawa telor sekilo aja langsung salah urat.’
Tapi memang benar
sih. Perubahan di bidang teknologi sudah sangat pesat. Tapi, yang membuat gue
bingung setelah mendengar pertanyaan dosen gue adalah: perkembangan kita itu
maju, atau malah mundur?
Apakah orang-orang
di peradaban zaman dulu itu benar-benar tidak ada teknologi? Atau sebenarnya
ada, dan malah lebih canggih? (yang terbukti dengan adanya bangunan-bangunan yg
udah gue sebutkan)
Apakah orang-orang
di masa depan nanti akan berpikir seperti kita berpikir tentang orang di masa
lalu?
Apakah bakal ada
benda-benda khas di masa sekarang yang akan menjadi benda bersejarah di masa
depan? Apa orang di masa depan akan berpikir, ‘Wah, gile. Jaman dulu ada Monas.
Tiang listrik, ujungnya lancip! Kuning pula! Keren bangetz.’
Atau nanti, di masa
200 juta tahun lagi, Sewaktu para arkeolog menggali-gali tanah mereka syok karena
menemukan fosil iphone 4.
Ah, ngga tahu deh.
Ngapain juga mikirin begituan. Hehehe. Udah ya, gue pengen lanjut nonton bola Indonesia – Palestina. Seru
banget ncui. Komentatornya ahay-ahay melulu. Minta dijebret.
Sabar yoo diii presentasi seminarnya ditunda.. Ah gpp biar makin paham lagi materinya.. *oke ini gapenting*
ReplyDeleteSetelah baca cerita lo yang ini, gue jadi ikut-ikutan mikir tentang masa depan bo.
ReplyDeletePenasaran, jadi secanggih apa dunia ini (?)
Apakah playstaton akan mirip banget sama orang aslinya.
Apakah masa depan, akan menjadi dunia para robot. Seperti yang dikatakan doraemon. Ah, nggak juga tau deh. -__-"
Tuh kan!!
DeleteManusia zaman dulu sakti-sakti soalnya, mindahin batunya pake pengendalian bumi.
ReplyDeleteInsyaflah kau..
Deleteendingnya kompor gas :D
ReplyDelete