Pada umumnya, lemah berhubungan dengan
kondisi fisik seseorang. Tapi, bagi Senior-senior di kampus gue, itu engga sepenuhnya benar. Anak-anak di Fakultas gue terkenal kreatif. Itu terbukti saat masa-masa ospek beberapa tahun lalu. Kata-kata ‘lemah’ tersebut disulap oleh para Senior menjadi kata serbaguna. Ajaib. Lemah ngga hanya menunjukkan kepayahan
dalam kekuatan fisik. Tapi apapun. Semua-semua lemah. Sedikit-sedikit lemah.
Njir.
Awalnya, kata ‘lemah’ dipakai oleh Senior untuk meledek fisik
seseorang, seperti:
“Duh, kak larinya pelan-pelan aja dong,
capek..”
“LEMAH!”
“Ayoo, push-up buruaaan!! Satu.. dua..
ti..gaa!!”
“udh…aah.. kaaak. Aku caph..eek”
“LEMAH!”
Namun, seiring berjalannya waktu, mereka
mendramatisir kata tersebut:
“Woy, jalannya buruan… LEMAH!”
“Kenapa kamu bisa terlambat? Dasar… LEMAH!’
Anak-anak pun terdoktrin. Semua-semua lemah.
Ngga bisa dikit dibilang lemah. Aneh dikit, lemah. Kutu kupret.
“Belum ngerjain tugas… LEMAH!”
“Ngga mandi… LEMAH!”
“Mandi tetapi pake air panas… LEMAH!”
“Rambut botak dikit… LEMAH!”
“Ngga boker dari pagi… LEMAH!”
“Minum susu terus mabok… LEMAH!”
“Pake v-neck… LEMAH!”
“Sarapan pake telor dadar… LEMAH!”
“Begadang lalu masuk angin… LEMAH!”
“Punya motor bensinnya abis… LEMAH!”
“Ngga punya duit… LEMAH!”
“Minjem duit temen… LEMAH!”
“Temen ngga minjemin duit… LEMAH!”
“Jajan gorengan… LEMAH!”
“Jajan gorengan tapi bagi-bagi… NGGA LEMAH!”
“Solat ngga pake sarung… LEMAH!”
“Ngga punya pulsa… LEMAH!”
“Naik angkot duduk di depan… LEMAH!”
“Ngga bisa jawab pertanyaan Senior… LEMAH!”
“Senior ngga lulus-lulus… NGGA LEMAH!”
“Batre handphone abis… LEMAH!”
“Tidur ngorok… LEMAH!”
“Berat badan naik… LEMAH!”
“Kalkulus dapet D… LEMAH!”
“Ngga berani ketemu dosen… LEMAH!”
“Berani ketemu dosen lalu meninjunya… NGGA
LEMAH, langsung kena DO.”
Mungkin, di masa yang akan datang, para
Senior di kampus gue akan menggunakan kata-kata ini dengan lebih absurd,
seperti:
“Apaa!! Kamu ngga bisa makan lewat lubang idung?...
LEMAH!”
“Apaa!! Kamu ngga bisa lompatin lingkaran
api untuk lumba-lumba?... LEMAH!”
“Apaa!! Kamu ngga bisa masukin tuyul ke
dalam botol?... LEMAH!”
“Apaa!! Kamu ngga bisa salto ke belakang?...
LEMAH!”
“Apaa!! Kamu ngga bisa njoget Dahsyat?... LEMAH!”
“Apaa!! Kamu laki-laki?... LEMAH!”
“Apaa!! Kamu bapak saya?... Minal aidzin ya
pak..”
Duh, malah jadi postingan ngelantur gegara
inget jaman-jaman diospek. Ya sudahlah, goodnight.
haha, jomblo? LEMAH...
ReplyDeleteospek nya belum separah dikampus saya berarti -_-
ReplyDeleteOh, kampus kamu yang ospeknya di dasar laut itu ya?
DeleteSenior lo gitu pasti dia lemah juga, mungkin gak cuma fisik tapi sahwat juga. Mungkin
ReplyDeleteLama gak ngeronda kesini, makin keren aja tulisan lo. Lemah
Wih sampe di komen ranger hitam. :D
DeleteLah, gue baca postingan ini? LEMAH! :|
ReplyDeleteEh, ada penulis muda berbakat. :D
DeleteLEMAH kamu putra!
ReplyDeleteMaaf, Mas. Salah sambung.
DeleteHahaha ngakak gue baca nih postingan :))
ReplyDelete