Halo,
Gimana puasanya? Apa?
Ngga ada yang bangunin sahur? Oh.
Oke, baiklah. Gue
sadar kalau gue sudah cukup lama ngga update postingan di keriba-keribo ini.
Gue punya 2 alasan: 1) Gue lagi PKL di Gresik, kurang lebih selama sebulan,
diitung mulai tanggal 27 bulan Juni kemarin. 2) Gue lagi sering posting di blog
gue satu lagi: saiditsad.
Benar, blog yang
berisi puisi dan tulisan-tulisan sedih (dan maaf, kalo ngga berhasil buat
sedih, namanya juga masih baru), hehe. Akhir-akhir ini gue lagi getol belajar
tentang puisi, entah itu mencari ‘referensi’ orang yang akan menjadi panutan,
warna puisi, sampai ke metode pembuatan puisi.
Baiklah, pada postingan
kali ini, gue akan sedikit mengajari kalian resep membuat puisi paling
sederhana dari seorang penyair yang gue kagumi: Joko Pinurbo. ‘Puisi yang
tampaknya liar dan gelap sebetulnya adalah formulatik,’ kata Joko Pinurbo dalam
blognya AS Laksana. Sama seperti menulis fiksi, dan membuat joke, sebenarnya
menulis puisi juga ada rumusnya. Yang gue akan bahas di sini adalah mengenai
SOS (Switch Object-Subject ). Dengan
cara ini, kita dapat mengubah kalimat sederhana menjadi sebait puisi. Untuk
memperrmudahnya, gue akan beri contoh satu kalimat:
Mahasiswa tingkat
akhir itu memikirkan cara melunasi kos-kosannya.
Gue ubah menjadi:
Bola mata berwujud
hujan itu memikirkan cara melunasi kenangannya.
See? Gue hanya mengubah kata-kata ‘Mahasiswa tingkat akhir’
menjadi ‘Bola mata berwujud hujan’ dan ‘kos-kosan’ menjadi ‘kenangan’, dan
voila. Jadilah dan jadilah.
Namun tetap, kita
harus mempunyai rasa terhadap subjek/objek yang akan kita ganti, jangan sembarangan.
Berikut gue contohkan yang salah:
Bu Marni membeli
sayur ke Pasar.
diubah menjadi:
Pak Marni membeli
sayur ke Pasar.
SALAH. Kenapa? Karena
setelah diubah, kalimat tersebut seperti tidak ada perubahan rasa. Kalau gitu
caranya, sekalian aja ubah jadi, ‘Marni and the gank membeli sayur ke Pasar,
kemudian pulangnya terbang naik kangkung.’
Nah, sudah tahu kan? Sekarang
gue kasih contoh salah satu puisi yang gue bikin dengan resep ini.
MANDI-
Aku masuk ke ruang antah berantah./ Tanpa sinar, dan tanpa rembulan./ Ku ambil seciduk tawa dalam hampa./ Ku basuhi tubuhku dengan membabi buta./ Ku sabuni perasaanku dengan liar./ Sebenarnya, tawa apa yang kuambil, tidak tahu./ Sebenarnya, sabun apa itu, aku tidak tahu./ Ah, setidaknya jadi suci.
Puisi di atas
sebenarnya berasal dari rangkaian kegiatan mandi, prosesnya seperti ini:
Aku masuk ke kamar
mandi. Tanpa baju, dan tanpa celana. Ku ambil seciduk air dalam bak mandi. Ku
basuhi tubuhku dengan gayung. Ku sabuni punggungku dengan susah payah.
Sebenarnya, air apa yang kuambil, tidak tahu. Sebenarnya, sabun apa itu, aku
tidak tahu. Ah, yang penting bersih.
Jadi, selamat menulis
puisi.
Ps: ada oleh-oleh
dari gue untuk kalian dari Gresik.
Sumpah gue pengen banget bisa bikin puisi, tapi nggak pernah ngerti :))
ReplyDeleteWah, sama dong mas. Gue juga masih cupu ini. :))
DeleteWuih. Resepnya Joko Pinurbo mantap... Membuat puisi dari kata-kata sederhana. By the way ane juga punya blog puisi loh. Nanti ane komen di blog puisi ente.
ReplyDeleteKomen di sini aja, nanti gue main-main ke sana.
DeleteEh baru liat ternyata hostingnya di tumblr. Haha. Ane udah lama nggak make tumblr :|
ReplyDeleteGilaAjaGila! Card Rider berati dia itu penunggang kartu. Dia pasti keturunannya Sakura Card Captor ato temen sejawatnya Yu Gi Oh.
ReplyDeleteDan cepatlah kau insyaf wahai anak muda.
DeleteKeren dah, analisain puisi ane donk :D
ReplyDeletePotonya lucu, deket ama kota ane tuh Gresik :D
Gue ngga ahli menganalisa bro. Dekat? emangnya situ di mana?
DeleteHADEEEH dari tadi nyasar ke blog begini mulu, hehehe mayan buat hiburan, yeaaay gue bulan ini sudah lepas dari namanya mahasiswa tingkat akhir hehehe *curcol
ReplyDeleteMaaf, mbak. Sehat?
DeleteFIX BANGET, GUE SUKA POSTINGAN INI!!!! :D
ReplyDeleteoiya, ini Tiwi :p
Deleteblog puisi lo keren! :D
http://www.pertiwiyuliana.com/
keren keren, ajarin dong bikin puisinya, blm bisa sepuitis itu, apalagi yg judulnya mandi, keren kata2nyaa
ReplyDeletewidih, udah menyerempet menjadi penyair nih. Keren, keren. saya dulu pernah bikin puisi sama cerpen, dulu banget, tapi udah gak lagi. Sastra emang punya nilai estetika tersendiri, cuma sastra yang punya makna banyak, maknanya tergantung pola pikir pembacanya.
ReplyDeletegak kebayang kalo mau mandi mesti pake puisi dulu.
buka sedikit celah-celah resletingmu, biarkan dia bernafas seperti layaknya penguni surga,lalu menyiramkan butiran-butiran kristal yang konon mujarab bisa bikin sembuh segala macam penyakit bila meminumnya.
hahaha :)
wuidih.. bahasanyaaa..
ReplyDeletebikinin aku puisi dong qaqaaa ;)
Puisi itu baru ada rasanya kalo sudah hati yang berbicara... << cieeh, ini kayak puisi kan :P
ReplyDeleteoh jg begitu, sip dah.. berarti memang harus punya koleksi kosa kata yang bagus ni :D
ReplyDeletemahasiswa tingkat akhir bisa di sebut bola mata berwujud hujan toh, hehe
maksudnya mata nya mendung gt kebanyakan bergadang? :D
Gue juga lagi belajar-belajar nih, Bang. Baca ini dapet ilmu lagi. Satu kata : Cerdas!
ReplyDelete