Baiklah, pada malam ini
(atau tepatnya dini hari ini) gue akan membeberkan suatu rahasia tentang diri gue.
Rahasia yang banyak orang tidak tahu tentang gue. Bahkan, teman dekat gue tidak
tahu. Hanya teman dekat yang benar-benar dekat yang tahu. Bahkan tidak semuanya teman dekat yang benar-benar dekat itu tahu. Rahasia yang bukan sembarang rahasia. Rahasia remeh yang sangat penting.
Rahasia penting yang sangat remeh. Rahasia yang sebenarnya tidak semua orang
boleh tahu, tapi akan gue beritahukan malam ini. Oke, jangan bacok gue karena
terlalu bertele-tele.
Rahasianya adalah: gue
bermuka dua.
Betul, bermuka dua
seperti di sinetron-sinetron. Perempuan yang kalau ketemu suaminya kayak
bidadari surga, padahal cuma ngincer duitnya, yang giliran ketemu mertuanya
mukanya langsung mengkerut, tiba-tiba ngomong dalem hati ngerencanain buat bunuh
si mertua, terus taringnya manjang satu meter, rambutnya jadi gimbal, tumbuh kumis di atas mulutnya. Ini perempuan seketika berubah jadi Limbad.
Dissosiative identify
disorder atau DID merupakan sebuah kelainan mental di mana orang bisa berubah kepribadiannya tanpa sadar. Seperti Gollum di Lord
of The Rings yang tiba-tiba jadi baik maupun jahat karena pengaruh cincinnya.
Well, gue ngga separah itu sih.
Banyak yang mengira
kalau gue adalah tipe orang yang suka melucu, periang, yang kalo lagi kumpul
suka tiba-tiba cacat sendiri, gila, atau apalah. Gila di sini bukan berarti gue
suka pake baju sobek-sobek yang kerjaannya ngaduk-ngaduk sampah di pinggir jalan buat dimakan
ya. Bukan. Kalo itu orang gila beneran.
Pada kenyataannya,
karakter seperti itu, itu bukan gue.
Tapi ngga sepenuhnya
salah juga. Karena sifat itu memang gue tunjukkin ke orang-orang sekitar.
Sifat gue yang suka bikin orang ketawa, yang rusuh, liar, yang suka
manjat-manjat pohon kelapa di tengah sawah. Oke, sifat yang terkahir itu bercanda. Lagian mana ada pohon kelapa di tengah sawah, ada juga pohon kelapa.. di hati
kamu. Eeeaaaa.
Okeh, balik lagi. Karakter
yang sifatnya semrawutan, suka melawak, dan senang bercanda tadi memang sengaja gue desain, gue memang pengin
orang-orang tahu kalau sifat gue seperti itu. Karena apa? Gue punya dua alasan.
Pertama, gue suka
melihat orang tersenyum karena gue. Ada kebahagiaan tersendiri buat gue saat
melihat orang lain bahagia. Mungkin kebahagiaan yang sama seperti yang dirasakan seorang koki saat melihat makanannya disantap dengan rakus oleh pengunjung.
Kedua, gue termasuk
orang yang introvert. Menurut gue, untuk apa semua orang tahu sifat asli kita.
Toh, mereka ngga akan ngapa-ngapain juga. Menurut gue lagi, yang perlu kita bagi ke mereka cukuplah sifat kita yang baik-baik saja. Seperti itu tadi, membuat mereka tersenyum.
Atau setidaknya memerlihatkan bahwa kita sedang senang, akan membuat orang lain
senang juga, kan?
Lagipula, ngga semua
orang akan siap dengan sifat yang kita punya. Sifat yang suka curhat, mungkin.
Sifat yang sering galau, mungkin. Atau bahkan, ngga semua orang klop dengan
orang pendiam. Bahkan hampir setiap orang sudah punya sifat yang merepotkan diri mereka sendiri. so, gue ngga mau membuat mereka tambah repot.
Dan, dibalik suka
ngelawaknya gue, dibalik rusuh-rusuhnya gue. Sesungguhnya. Gue adalah pendiam.
Tukang serius. Yang lebih suka sepi dibanding keramaian. Konyol memang.
Yah, seorang badut sekalipun,
pasti akan melakoni segala sesuatu—di luar urusan panggung—dengan serius bukan? membiayai SPP anaknya, misalkan.
Atau yang mungkin kalian lupa, seorang pemain sirkus selalu melatih (dengan serius) lelucon-lelucon dan atraksi konyol yang akan mereka tampilkan di atas panggung.
Jadi, biar lebih mudah,
anggap saja gue ini pemain sirkus. Pemain sirkus yang sedang pentas dalam dunia
nyata. Dengan kalian sebagai penontonnya. Iya, kalian semua adalah “penonton”
gue. Makanya, dalam urusan pertemanan, gue sangat pemilih. Hanya sedikit orang-orang yang gue ajak masuk ke dalam backstage. Lebih sedikit lagi yang betah di dalamnya.
Ngga jarang, saat di dalam, orang-orang itu malah mengira backstage gue adalah
panggung. Mereka adalah yang mengatakan, ‘Elo kok berubah, ngga
kayak biasanya,’ saat gue menunjukkan sifat asli gue. Padahal, biasanya yang dia maksud justru adalah sebuah ketidakbiasaan. Dan pada umumnya, orang-orang ini akan gue keluarkan
secara halus, gue kembalikan mereka ke posisi awal, yakni sebagai “penonton”.
Duh, jadi panjang lebar gini. Sudah tahu kan
rahasia saya. Jangan dibongkar ya.
bah, itu rahasiaku juga, malah lebih parah. my backstage is locked, so no one can get in, even my closest friend. yeah, pathetic.
ReplyDelete:))
DeleteSeenggaknya double personalities membuat kita masuk ke suatu lingkungan agar kita gak kuper dan gak dianggap sombong.
ReplyDeletegak munafik,gue pun gitu.huehehehehe
salken ya!
mampir2 ke blog gue kalo minat,hahaha
Oke salam kenal juga Jidon!
Deletekayaknya gue juga gitu.... haha sama nih rahasianya, bahkan mungkin gue lebih parah dari itu ._. waspadalah waspadalah! hahaha
ReplyDeletesalam kenal kak Kribo! wkwk
Baiklah, salam kenal juga muthmainnah!
Delete