Guys, di minggu yang masih lumayan banyak ujian
ini kepala gue justru disumpel sama banyak pikiran. Entah mungkin karena efek
kumis tipis gue yang semakin numbuh atau kepala gue yang sizenya
ngga cukup besar buat nampung segala rambut pikiran di kepala.
Beberapa hal yang sedang gue pikirkan:
1. Gue baru sadar kalau petugas SPBU sekarang
kebanyakan cewek. entah apa alasannya, sepertinya karena pengendara kendaraan
bermotor mayoritas cowok, biar bisa digoda-godain supaya beli bensinnya banyak.
Beberapa tahun lagi, gue rasa ada yang jual bensin plus-plus.
2. Gue ngga sekeriting yang orang-orang bilang
kok. Yah, that's my argument.
3. Kenapa selalu ada penjelasan dari kebalikan
suatu hal, padahal kita pasti sudah mengetahui keberadaannya. Menurut gue itu
hanya nambah-nambahain kosakata. Bikin penuh kepala. Seperti kelahiran dan
kematian, tidur dan bangun, imigrasi dan emigrasi, serta... Aksi-Reaksi.
4. Pengejaran pendidikan formal dari apa yang
tidak diharapkan hanya menambah angka kriminalitas perasaan dan pikiran. Misal
: kamu seorang yang jago gambar, bercita-cita jadi Interior desainer. Tetapi
karena satu dan banyak hal, kamu ngga keterima di bidang itu, dan malah masuk kuliah
ke jurusan Biologi. Walhasil, hanya jadi pelepas ego sementara, penumpuk kanker
hati yang semakin lama semakin membukit. Padahal, di sisi lain, banyak orang yang dari awal ingin masuk di
jurusan Biologi yang akhirnya akhirnya pergi juga ke tempat lain karena
kursinya terambil orang tadi dan begitu seterusnya. Kacau. Rasa suka yang
datang karena terpaksa belum tentu menjadi rasa suka yang sejatinya kita sukai.
5. Kenapa sih mahluk di negara gue
"oversensitive" (?) Pengaruh
film kah. Lingkungan atau budaya kah. Hal-hal sepele yang seharusnya ngga
penting justru dilihat dalam mikroskop. Dibesar-besarkan. Pada ujungnya,
mencari siapa yang benar.
6. Nyokap pernah bercerita kalau dulu banyak cowok
yang naksir dia, tapi dia memilih Bokap. Padahal sekarang sering banget
komplain tentang sikap Bokap yang begini begitu. Takdir kah ini, atau sebuah
pilihan. Kalaupun dulu Nyokap memilih pria lain, adakah abang gue, gue? blog ini? Di manakah
rumah tempat Nyokap tinggal. Apa kerjaannya. Apakah dia ngga akan komplain sama
orang yang dia pilih itu. Semua totally berubah. Kalau ini hanya dikarenakan
oleh pilihan dari Nyokap, bagaimana kita bisa tahu, bahwa pilihan Nyokap itu
memang takdirnya, memang sebuah piihan yang tepat.
…
Sabtu kemarin gue datang ke acara bakti sosial di salah satu
yayasan yatim piatu di Bogor bersama beberapa teman kelas. Gue
sedikit-banyak dapat pengetahuan baru tentang sebuah "kehilangan" di sana.
Kehilangan, bukan selalu berarti kosong, berkurang, atau tiada. Kehilangan bisa
berarti bertambah. Bertambah luas hati kita karena telah mendapat sebuah hal di
mana tidak semua orang mampu menerimanya.
Kehilangan juga berarti bertambah.
Bertambahnya buku baru dalam kehidupan kita karena telah kehilangan halaman
terkahir dari buku lama yang berarti kita anggap tamat. Yang selanjutnya akan kita simpan untuk dikenang.
Tanpa disadari, sebetulnya, kita sering memperoleh
sebuah kehilangan di kehidupan
sehari-hari. Dari mulai kehilangan
pulpen saat ingin mengerjakan tugas, kehilangan uang saat berada di depan kasir
supermarket, kehilangan semangat saat bertanding sepakbola karena mendapat
kabar bahwa kekasih kita terbaring di rumah sakit, bahkan kehilangan hati kita
saat direnggut oleh seseorang yang kita sukai yang ternyata menjadi teman sekelas
mulai minggu depan. Kehilangan-kehilangan yang wajar dan sering dianggap remeh
namun datang tidak tepat waktu seperti contoh tadi kadang membuat kita kesal,
sedih, tetapi ada juga yang membuat senang, ceria, dan bahagia.
Pada ujungya, kehilangan tadi akan kita
bungkus dalam sebuah kotak. Kita ikat kotaknya. Dan pada waktunya akan kita
goncangkan kotak tadi untuk mendengar suara kehilangan yang sudah lama kita
simpan.
0 comments:
Post a Comment
Suka dengan konten yg ada? Silakan sawer gue seikhlasnya dengan klik menu "Support gue!" di atas.
Dengan menyawer kamu akan mendapat email surat cinta dari Kresnoadi DH. Sungguh mantabi bukan?