Setelah seharian
kemarin jalan ke PIM buat nyari hodie, gak tahunya malah pulang bawa buku
panduan menulis kreatifnya Ayu Utami. Judulnya Menulis dan Berpikir Kreatif
Cara Spiritualisme Kritis. Emang dasar kutu buku kali ya? Begitu ngeliat buku
ini, gue kayak langsung ngedenger bisikan gaib, ‘Bawa aku ke kasir… bawa
sekarang juga…’ Jadi deh, beneran langsung gue bawa ke kasir. Selepas beli,
udah deh, gue mendadak lupa tujuan awal. Ujung-ujungnya malah melipir ke
Starbucks. Buka bukunya. Tarik napaaas. Embuus. Hmm. I really love the smell of
new books.
Dan setelah berkutat
hampir dua jam, gue dapat tambahan ilmu yang menarik banget. Seperti judulnya,
buku itu tidak hanya membahas tentang menulis kreatif, tapi juga berpikir
kreatif. Ayu Utami membagi buku tersebut ke dalam tiga bagian besar: Kerangka,
Daging, dan Kulit. Nah, gue kasih tahu sedikit tentang bagian kerangkanya aja
kali ya? Berikut ulasan singkatnya:
Ide & Dorongan:
Sebelum mulai menulis,
seseorang tentunya membutuhkan ide. Ide bisa berupa pemikiran konkret maupun
abstrak. Dalam menulis kreatif, kita tidak boleh membatasi diri dengan
berpikir, ‘Apa aja sih yang boleh kita tulis? Apa yang gak boleh?’ Pembatasan
seperti itu justru akan menimbulkan pemikiran yang tidak kreatif. Jadi, pikirkan
ide sebebas mungkin. Apa yang mau kita tulis? Tentang sebuah lukisan kuno yang
dicuri pemiliknya sendiri? Atau bisa seabstrak Ingin membuat tulisan yang tidak ada tanda titiknya.
Tapi, ada kalanya
kita benar-benar tidak punya ide menulis. Kalau itu yang terjadi, carilah
DORONGAN dari dalam diri. Pikirkan hal-hal yang mengganggu. Seperti misalnya,
tentang mengapa teman kita tega merebut pacar kita? Kenapa bencong mangkalnya
di lampu merah? Kenapa gak di pinggir jurang aja biar bisa kita jorokin?
Hal-hal seperti itu jelas bisa menjadi awal mula bahan tulisan yang menarik.
Struktur Tiga Bagian:
Ci-Luk-Ba!
Seperti yang kita
ketahui, struktur paling sederhana dari sebuah cerita terdiri dari tiga bagian:
Pengenalan, Konflik, Konklusi. Atau, dalam contoh sehari-hari, Ayu Utami
memberikan contoh nyata paling sederhana ini dengan Ci-Luk-Ba!
Ci: Tahap sebelum
orangtua menutup wajah dengan tangannya. (Pengenalan wajah orangtua)
Luk: Tahap si anak kehilangan
wajah orangtua (Konflik).
Ba!: Tahap
mendapatkan wajah orangtua kembali (Konklusi).
Sama halnya dengan
Ci-Luk-Ba! Cerita yang baik biasanya memiliki ketiga unsur ini. Contoh: Jika
kita ingin menuliskan cerita tentang Bencong yang mangkal di lampu merah, kita
bisa membuatnya menjadi tiga babak dengan seperti ini: Perjalanan Bencong ke
lampu merah – Bencong ketabrak metro mini yang dikenekin sahabatnya sewaktu SD – Bencong insyaf & menikah dengan sahabatnya.
Sinopsis &
Outline:
Setelah mengenal
adanya struktur tiga bagian (Ci-Luk-Ba!) Buatlah sinopsis dan outline dari ide
yang telah kita miliki. Contoh sinopsis yang dihasilkan dari cerita Bencong
Mangkal:
Cerita ini berkisah
tentang Bencong insyaf yang menikah dengan sahabatnya sewaktu SD. Ia tidak
menyangka, di siang yang menyebalkan itu, ia harus mengeluarkan jurus karate yang telah ia pelajari hampir 6 tahun karena diserempet metro mini. Ia
pun berpura-pura tidak ada masalah setelah mengetahui bahwa si kenek Metro Mini
ternyata sahabatnya pas SD. Ia lalu memilih untuk mengaku meski beresiko sahabatnya jadi benci karena ia sudah menjadi Bencong. Meskipun mendapat
penolakan keras, pada akhirnya sahabatnya bisa menerima dan malah membuat si
bencong jadi insyaf. Mereka berdua menikah.
Perbedaan Karya
Kreatif dan Bukan
Apa sih yang
membedakan novel dengan skripsi? Atau puisi dengan tulisan di koran? Jelas
sekali bahwa jawabannya adalah kenikmatan.
Membaca karya kreatif akan menimbulkan ‘efek gemes’ sendiri bagi kita. Kalau
kata Ayu Utami dalam buku ini, “Membuat cerita adalah menyusun informasi sedemikan
rupa sehingga ada kenikmatan bagi pembaca.” Nah, sekarang bagaimana cara
memunculkan kenikmatan dalam sebuah tulisan? Ada tiga unsur yang berkaitan
dengan kenikmatan: 1) Keindahan (bisa didapatkan dari gaya bahasa), 2) Ketegangan
(didapat dari konflik dalam cerita), 3) Keseimbangan/Proporsi yang pas.
Fokus:
Setelah memiliki
bahan untuk membuat tulisan dan mengetahui perbedaan karya kreatif dan bukan,
sekarang masuk ke poin yang cukup penting: fokus. Seorang penulis seringkali
terlalu bersemangat sehingga berniat menceritakan kehidupan tokoh dalam rentang waktu
yang panjang. Contoh dalam tulisan Bencong Insyaf: menulis diawali dari Bencong
berangkat dari rumah – mangkal sampai malam – ketabrak bus – PDKT sama sahabat
selama tiga bulan – mencari restu orangtua sahabat – menikah. Hal ini bukan
tidak mungkin, tetapi tulisan akan rentan untuk tidak selesai.
Jadi, fokuslah pada
satu peristiwa, satu waktu, dan satu lokasi utama terlebih dahulu. Ini dilakukan
untuk memudahkan penulis dalam mengembangkan potensi yang tersimpan pada peristiwa,
waktu, dan lokasi itu secara lebih maksimal.
--
Mungkin segitu aja
kali ya. Lumayan lah. Selanjutnya tinggal bagian penulisan dan pasca-penulisan.
Sekali lagi, yang menarik dari buku ini adalah, di situ gak cuman menjelaskan
tentang bagaimana menulis kreatif, tapi
berpikir kreatif. Meskipun bahasanya rada bikin bingung kalo otaknya gak
nyampe kayak gue. Huehehe.
Eh, udah lebaran ya?
Minal aidin dulu
dong! \(w)/
Minal Aidin Walfaizin blog keriba-keribo.
ReplyDeleteEh bagus yah bukunya, postingannya bermanfaat banget nih, yah meskipun otak gue gak nyampe banget juga buat mahamin nya. Kitamah apalah-apalah kaka~~~
Halooo, Kak! Yuk, ikutan ekspedisi jelajah Kalimantan GRATIS dengan ikutan lomba blog "Terios7Wonders, Borneo Wild Adventure" di http://bit.ly/terios7wonders2015
DeleteJangan sampai ketinggalan, ya!
Minal aidin juga cuup! Gue juga gak sampe itu! Makanya share dikit doang. \:p/
DeleteHalo First! Nama lo keren juga ya. Makasih udah nyebarin lomba blog! Sekarang enyahlah kau..
DeleteAaaaackk. Kayaknya bukunya baguuuss.
ReplyDeleteMohon maaf lahir batiiin~
Iya rim, tapi agak bikin mabok. Hahaha. Mohon maaf lahir batin juga!
DeleteGue akan menerapkan konsep cilukba. Setiap orang yg lewat bakal gue cilukbain biar ga lupa~
ReplyDeleteMohon maaf lahir dan batin juga bang.
Itu apaan woi. :))
DeleteGua kepikiran kalau cerita 'Bencong insyaf'nya dijadiin film. Kan bagus bgt tuh hehe :D
ReplyDeleteMaaf lahir batin juga, boo
Hmmmmm. Kenapa gue gak kepiikiran ya?
DeleteHmm, orang yang suka baca emang gitu, ke mal nyari baju lebaran, eh pulangnya malah beli buku. Baju kagak dapet. -__-
ReplyDeleteGue udah agak(sedikit) paham yang cilukba, pernah baca di mana lupa, intinya sama kayak pembuatan film juga, yang bagian awal 25%, isi(konflik) 50%, dan ending 25%. Hehehe.
Gue cuma baru baca buku A.S Laksana yang Creative Writing. Itu boleh juga, Di. Atau malah lu udah baca, ya? Hahaha.
Itu soal proporsi ya? Ini mah kan dasarnya doang. \:p/
DeleteAduh. Jadi penasaran mau baca lebih lanjut. Terutama bagian kenikmatan dalam sebuah tulisan. Kapan-kapan pinjam, ya! heheheh.
ReplyDeleteBtw. Selamat lebaran juga.
Kagak boleh pinjeeeem! *Kresnoadi seketika menjadi pelit* Hahahaha.
Deletetulisan yang tidak ada tanda titiknya? walah
ReplyDeleteminal aidzin
Hooh. Keren kan. Kayak kamu gitu.
Deletedapet ilmu baru nih.
ReplyDeletesekrang baru nyadar kalo tulisan bagus itu terstuktur gitu yak
Ya. Terstruktur. Seperti rambut saya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya pernah baca model begini yang ditulis Raditya Dika. Keseluruhan tekniknya sama, struktur 3 babak itu. Tapi Ayu Utami menyebutnya Ci-Luk-Ba. Hahaha. Thanks buat bagi ilmunya, Di.
ReplyDeleteHooh, kalo si Ayu ini diubah ke konkret biar orang bisa ngebayangin kali ya? Gue gak ngerti juga deh. \:p/
Deletedapet ilmu baru nih.
ReplyDeletesekrang baru nyadar kalo tulisan bagus itu terstuktur gitu yak
minal aidin wal faidin ya
ReplyDeletebukunya menarik kayaknya, ,,, hmmm kenapa bikin contongnya bencong ya, itu geli
Hmmmm itu karena saya penggiat bencong sejati.
DeleteMinal aidin bang :)
ReplyDeleteMakasih udah bikin pengetahuan nambah lewat tulisan ini bang walaupun lebih banyak yang aku ga ngerti hehe
Sekali-kali menyebar kebaikan nih. Lagi khilaf. \:D/
DeleteWuaaah. Kayanya bagus bgt nih buku.
ReplyDeleteMakasih reviewnya, kak!
Yosh!
DeleteWaktu itu mau beli tapi duit di dompet kurang, gak jadi deh wkwk :( covernya lucuk ya Di kaya bukan buku hahaha
ReplyDeleteIyaaa agak mahal sih ya sya. Gue kemaren gak mikir-mikir... tahu-tahu miskin. :(
Deletekalo Gue pribadi sih bro
ReplyDeleteentah kenapa dan memang itunya ga beraturan kalo nulis
dan idenya emang apa yang gue liat tiap hari
Itunya itu apa bro?
DeleteBoleh juga ini diterapkan pas nulis artikel. Intinya harus ada konflik dan bisa bikin "gemes" yang baca, hehehe.
ReplyDeleteHooh. Kurang lebih begindang.
DeleteHehehe thanks kresnoadi yang kagak pelit ilmu. Btw minal aidin juga yah :)
ReplyDeleteDianexploredaily.blogspot.com
Halo! Sama-sama ya Diaan. \:D/
Deletenah kemarin liat buku ini di gramed. pengen beli juga. tapi entah kenapa malah beli novel ayah. nabung lagi deh
ReplyDeleteWah bagus tuh novel Ayah.
Deletentra sore coba cari buku nya di gramed ah :-)
ReplyDeleteBukunya bagus banget nih pasti. Apalagi udah dikasih sedikit ulasan isi dari bukunya, jadi semangat mau beli.
ReplyDeleteAiih manteep!
ReplyDeleteWaaaak, kemarin gue ke gramed juga liat buku itu bang, tapi belum aku bawa pulang ._. besok deh ah :3
ReplyDeleteMinal Aidzin mas kribro. Maaf, ya. Gue baru bisa mampir. Lu taukan, kejadiannya...
ReplyDeleteGue jadi ngikut dapey ilmu baruu ni. Ada beberapa yg sering gue pake, ada juga yag masih baru. Mungkin inilah kelebihan bagi yg suka membaca.
Sekali lagi, makasih buat ilmunya. Jadi pengen beli bukunya deh...
Ngiriin aja kamu, Di. Jadi tambah tertarik sama buku ini. Beli gak, ya... Hehe.
ReplyDelete